Assalamu'alaikum, Diary.
'Met sore, sayang!
Hayooo, sudah nungguin aku dari tadi, ya.
Sini, duduklah di depanku. Telah kusiapkan cerita, obrolan seru dari sebuah grup whatsapp.Â
Ry, sudah hampir satu setengah bulan, aku belajar tentang kepenulisan bersama Komunitas Penulis Berbalas (KPB) dan Khrisna Pabichara (KP). Aku memanggilnya 'Pak Guru'.
Mendapatkan ilmu dari kawan-kawan dan bimbingan dari beliau, membuatku terus semangat menulis, Ry. Mencoba dan terus mencoba menulis apa yang bisa kutuangkan di laman akun kompasianaku. Kulakukan dengan senang hati dan ringan tangan.
Diary, jika tulisanku dapat label PILIHAN, girang bukan main. Pas gak dapat label, paling hanya terhenyak, tapi harus tetep tersenyum. Toh, aku sudah berusaha menulis sebisa dan semampuku. Harus jaga semangat, kembali pada tujuanku menulis, yaitu bermanfaat bagi banyak pembaca yang mampir di unggahanku.
Nah, Pak Guru juga mengingatkanku. Pada satu unggahan artikel, beliau bilang:
MENULISLAH, tidak peduli tulisanmu bagus atau jelek terus saja menulis. Jika tiba waktunya yang jelek dapat berubah menjadi bagus. Menulislah, tidak peduli tulisanmu keliru atau tepat. Mereka yang tidak pernah keliru tidak akan mengenal cara dan makna memperbaiki.
Tentu saja pesan Pak Guru membuatku suka cita untuk terus menulis, Ry. Termasuk nulis beginian, nih. Iya, cerita sama kamu. Ih, sebentar, aku cium kamu ya, Ry!Â
Barusan beliau juga bilang begini, Ry:
Ada lima kata yang kerap saya pakai.
1. Keren.
2. Mantap.
3. Asyik.
4. Apik.
5. Dahsyat.Untuk yang menyentuh emosi, saya pakai:
1. Uhuk.
2. Aih.
3. Aha!Urutan bagusnya dari nomor terendah ke tertinggi. Kalau ada yang saya komentari keren, menurut saya masih sekadar keren.
Wah, tetiba aku langsung buka, tuh, Ry, daftar komentar yang pernah beliau daratkan di artikel-artikelku!
Ternyata, selama bulan Januari ini, beliau memberikan rating pada beberapa artikel dan membubuhkan komentar seperti 'apik', 'keren', 'asyik' dan 'maknyuus'. Aseeeeeeek.
Khusus 'maknyuss', itu murni komentar Pak Guru pada artikel masakanku, Ry.
Eh, kau percaya aku bisa masak, kan?
Aku gak berbagi resep masak denganmu, Ry. Mending aku curhat yang beginian, yang bikin hepi. Ya, kala-kala tentang kesedihan, kamu gak keberatan juga, kan?
Diary, sejalan dengan nasihat Pak Guru, apapun hasil tulisanku, aku harus:
"Tetap bersemangat, Bu Siska. Anggap label itu bonus. Seperti petani tanam padi dapat ikan juga."
Ya, tulisanku seyogyanya menanamkan kebaikan dan kebermanfaatan bagi pembaca. Bukan sekedar asal, bukan sekedar khayal. Apalagi nge-gombal. Ya, tho?
Sekali unggah, Bismillaah bermanfaat. Dapat label dari admin K, itulah bonus, dapat ikan. Hehehe
Ry, aku kok jadi inget zaman main di sawah saat di kampung, ya? Pas sok coba bantu Bu Tani menancapkan bibit padi di ladang basah, eh, emang ada ikannya.Â
Yo, wes, sudah sore, Ry. Pamit dulu, ya. Mari doa bersama buat kesehatan beliau khususnya dan kawan kompasianers semua. Agar aku dan mereka terus berbagi cerita menarik, unik dan inspiratif buat pembaca. Aamiin.
Wassalamu'alaikum, Diary.
Dambaku, kita mesra selalu. Jumpa esok, sayang!
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H