Bunda, apa yang terjadi dengan diriku?
Mengapa aku bisa melayang, sedang ragaku dalam pelukan?
Mengapa mereka berkerumun dan kauberteriak memanggil namaku?
Aku ada di dekatmu, Bunda!Â
Takdengar kah aku membalas seruanmu?
Takterasakah aku pun menggenggam jemarimu?
Bunda, kuusap airmatamu, tapi kau tetap menangis.
Dibawah derai hujan wajah ayumu meminta pertolongan.
Teriakmu tercekat dalam gemuruh lalu lalang kendaraan.
Aku sadar, aku melihat, tubuhku berada di dalam ambulance.
Oi, apa gerangan yang terjadi dengan diriku?
Sepasang kepak sayap penuh kasih sayang memelukku.
Ia berbisik, "Kau telah berada dalam keabadian, Nak."
Aku terngangga, tak bersuara. Hanya linang berkaca.
"Ya, Allah, inikah genggaman terakhirku bersama Bunda?"
Kulihat  wanita penyabar nan tegar memelukku dalam balutan kain putih nan suci.
Harum semerbak wangi bunga mengiringi doa yang bunda lantunankan.
"Bunda, semoga hafalan dan murajaah-ku menjadi syafaat dan mahkota cahayamu kelak saat kita berjumpa dalam keabadian"
***
Lantunan kontemplasi - mengenang Arin
8 Januari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H