Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Samarinda Waspada dan Jaga Lingkungan di Musim Hujan 2021

5 Januari 2021   11:08 Diperbarui: 5 Januari 2021   11:21 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar dari laman BMKG hari ini. | dokpri

Badan jalan memang terlihat kotor dan berlumpur, mengingat pengerjaan dan perbaikan dilakukan hingga masuk musim penghujan ini.

Waduk penampung air hujan yang menjadi andalan Kota Samarinda adalah Waduk Benanga. Lokasinya terletak di Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara. Sejatinya, bendungan ini jadi penampung air hujan lalu membuangnya secara perlahan ke Sungai Karang Mumus (SKM). Tapi kini, kapasitas daya tampung menurun drastic. Dari 1,4 juta liter kubik menjadi 500 ribu liter kubik saja.

Hal ini memicu air hujan tak bisa ditampung maksimal. Alhasil langsung terjun bebas ke permukiman warga. Penurunan daya tampung, sebagai imbas keberadaan sedimen yang bertahun-tahun tidak dikeruk. Usianya bendungan ini sudah 42 tahun. Dibangun sejak 1977. Namun keberadaan bendungan kini hampir 70 persen fungsinya hilang. Diperkirakan, sejak dibangun hingga kini, jumlah lumpur sudah mencapai 1,6 juta meter kubik.

Rencana pengerukan di bendungan ini akan dilakukan sepanjang tahun 2021, selengkapnya bisa di simak di sini.

Mengingat kondisi dan situasi masih pandemi dengan aktivitas terbatas di luar rumah, saya membiasakan diri menyiapkan alat bantu dalam mengatasi musim hujan.

Seperti menggunakan payung, tetap mengenakan masker. Sedia jas hujan dan jaket untuk melindungi dari hujan dan hawa dingin. Mengenakan sandal jepit yang mudah dibasuh jika kotor, membawa tisu kering, tisu basah dan handuk kecil. Tak lupa menyelipkan minyak kayu putih sebagai aroma penghangat. Kadang saya membawa dua atau tiga pasang kaos kaki, sebagai bekal jika harus menggantinya ketika kotor.

Semua buku bahan ajar, dompet dan gadget saya bungkus dengan plastik atau tas kresek, agar tetap aman dan nyaman di dalam tas. Jaga-jaga saat hujan deras menembus dalam tas.

Lagi-lagi, sedia payung sebelum hujan, bukanlah sebuah slogan belaka. Kita harus tetap jaga diri, keluarga dan lingkungan agar tetap waspada. Banjir hadir bukan salah hujan, tetapi memberi peringatan agar tangan kita tak makin berulah kejam pada alam.

Bersyukur Allah turunkan hujan, yang dengannya segala tunas menjadi tumbuh dan bernas. Demikianlah alam berdampingam mesra antara kemarau dan hujan. Agar kita paham atas kuasa-Nya, bahwa di balik panas sengat kering kerontang, ada dingin memeluk sejuk. Bersahabat dengan alam dan melestarikannya, maka mereka pun menyayangi seluruh makhluk agar terjaga langgeng hingga hari nanti. Aamiin.

Jaga kesehatan selalu!

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun