Saya, lagi-lagi menyampaikan, bahwa kehadiran seorang Siska Artati di Kompasiana masih 'kemarin sore'. Boleh di bilang 'anak ingusan', meski sedang tidak pilek, demam, bersin, atau batuk-batuk.Â
Dalam rangka menyalurkan hobi, mengasah kemampuan dan ketrampilan, mengaplikasikan belajar penulisan dari para mentor dan guru, maka saya memberanikan diri untuk mengunggahnya di laman ini.
Alhamdulillah, mendapat respon yang baik dari para kompasianer. Dari mereka lah, saya juga belajar mengenal seluk-beluk kompasiana. Membaca artikelnya, berkenalan, bertukar sapa, saling mendoakan. Menyenangkan sekali.
Tak dinyana, hadir Bunda Roselina pada unggahan artikel saya yang ke-5Â pada kolom komentar. Itulah pertama kali saya tahu bahwa beliau adalah 'ibu' dari para penulis di beyond blogging ini. Senang bukan main! Merasa mendapat kehormatan, beliau berkenan mampir pada unggahan saya yang pendatang baru.
Sebenarnya saya mulai membaca artikel beliau sejak petama mengenal Kompasiana pada Oktober 2020, yang mana tulisan Bunda Roselima selalu tampil pada Nilai Terbanyak, Artikel Baru, Headline, atau Terpopuler. Lambat laun, saya mengusahakan hadir menyimak unggahannya.
Tambah seneng lagi, kali ini Pak Tjiptadinata Effendi -'bapak' bagi para penulis di Kompasiana- turut serta membubuhkan komentar pertamanya pada artikel saya yang ke-11, berupa Puisi, bersamaan dengan sapaan dari Bunda Roselina. Double happy! Mengapa? Karena saya berusaha paham bahwa dengan kesibukan dan pembagian waktu beliau berdua yang cukup padat, berkenan menyempatkan diri membaca unggahan tulisan kita.Â
Menurut saya, itu merupakan kehormatan bagi semua yang baru nyemplung di Kompasiana. Saya rasa kawan-kawan sesama kompasianer juga setuju, meski sudah malang melintang di sini.
Pada peringatan ulang tahun perkawinan yang ke-56 dari pasangan sejoli yang romantis ini, penawaran untuk menerbitkan sebuah buku bersama kompasianers, tentu tak ditampik. Saya yang masih 'seumur jagung' pun, berhasrat mengajukan diri. Sebagai bentuk silaturahim saya kepada beliau berdua dan juga kawan semua, semoga semangat dan umur panjangnya menular kepada para penulis.
Dahsyatnya silaturahim mengantarkan efek diluaskannya rezeki, mendatangkan kenikmatan pada manusia. Nikmat iman, nikmat sehat, nikmat ilmu, nikmat belajar, nikmat berkarya,nikmat bekerja dan lain sebagainya.
Umur kita dipanjangkan karena silaturahim. Meski kita telah tiada nantinya, nama kita tetap disebut karena tersemat pada anak cucu kita.
Satu hal yang membuat saya terharu adalah sikap toleransi yang dilakukan pasangan teladan ini pada keluarga besar, kerabat dan para sahabat. Selalu bersikap ramah dan terbuka. Saya merasakan itu dari tulisan-tulisan beliau. Sama halnya bagi kami yang berbeda keyakinan, 'bagimu agamamu, bagiku agamaku'. Hal tersebut tak menjadi halangan untuk pergaulan yang baik.
Doa saya, Pak Tjip dan Bunda Rose dalam keadaan sehat senantiasa, terus berkarya dalam tulisan yang menginspirasi kami. Semoga berkenan dengan tulisan saya yang masih 'bocah', Pak, Bunda.Â
Salam hangat, ya!
Salam dari Kota Tepian Mahakam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H