"Kak Siska, rajin banget posting tulisan di Kompasiana!"
"Mbak, Masya Allah! Keren, menginspirasi!
"Duh, aku ko gak bisa puisi ya?"
"Mbak Sis, postingnya hampir tiap hari, dapat idenya darimana saja sih?"
Komentar dan pertanyaan demikian pernah saya dapatkan dari kawan-kawan di grup-grup Whatsapp kepenulisan, ketika membagikan tautan unggahan tulisan saya di Kompasiana.
Padahal ya gak rajin amat lah. Hanya mengusahakan agar saya bisa menulis setiap hari dan menggungahnya ketika ada good mood dan ide menulis. Gak bisa ditahan, daripada ngomong sendiri dipikiran, lebih baik langsung dituangkan. Iya, kan?
Sebenarnya hal ini saya lakukan justru sebagai tahap belajar, mempraktekkan apa yang disampaikan para guru dan mentor saat saya belajar bersama mereka tentang kepenulisan.
Seperti yang disampaikan oleh Coach Arya Noor Amarsyah (seorang penulis dan penyunting) dalam sebuah pembelajaran online yang saya ikuti, bahwa ide menulis bisa kita dapatkan dari hal yang dekat dengan diri kita sendiri.Â
Sebagai penulis pemula, saya setuju dengan pendapat beliau, bahwa ide menulis itu bisa kita gali, pancing dan dapatkan dari sekitar kita.
Hasil tulisan yang saya unggah di Kompasiana, pun adalah ide yang berasal dari hal-hal tentang saya sendiri dan kejadian di sekitar. Berikut, saya rangkum cara mudah menemukan ide tulisan.
1. Menulis dari apa yang diketahui.
Ide tulisan bisa kita dapatkan dari hal yang kita lihat dan ketahui. Karena kita sendiri yang mengalami, menyaksikan dan paham dengan keadaan atau kejadian tersebut. Maka, tulislah!
Kalau kita tahu tentang menu masakan nasi goreng dengan serba-serbinya, olah saja menjadi tulisan resep masakan tersebut. Jangan menulis tentang nasi tumpeng dengan meriahnya lauk-pauk yang tidak kita pahami.
Atau jika kita baru paham tentang ilmu tambah-kurang, kali-bagi, tulislah! Jangan lantas langsung menulis tentang kalkulus. Malah pusing pala belbi, guys!
Contoh tulisan saya tentang ide ini bisa dilirik pada unggahan disini ya.
2. Menulis dari gambaran diri sendiri.
Ya, anda pasti mengenal diri anda sendiri. Sifat, karakter, watak, pembawaan, aktivitas keseharian. Tulislah! Bisa dalam bentuk diary atau perenungan, jadi ide tulisan. Menulis pengalaman pribadi adalah hal termudah. Bisa dituangkan dalam bentuk fiksi atau nonfiksi. Menceritakan diri sendiri, mulai dari lahir sampai hal terakhir yang dialami.Â
Anda suka berkeliling dunia? Mengapa menyukainya? Selain kepuasan, apa yang Anda rasakan? Tulislah!
Contoh tulisan gambaran diri saya, bisa kawan-kawan simak di Mapan Turu. Apa kesimpulan kalian tentang saya? Hehehe, bisa jadi ide tulisan anda!
3. Menulis dari pengalaman.
Apa saja. Entah masa sekolah, masa pandemi, masa jatuh bangun mengejarnya, ciyeeeh. Sudah mendapatkan sang Pujaan Hati, ceritakanlah!Â
Jangan hanya pengalaman bangkrut, patah hati, putus asa, terhina yang dikisahkan, tapi berbagi jualah tentang kebangkitan meraih kejayaan, berbunga menikmati indahnya berumah tangga, setelah dihina-hina kini naik derajat dan bermartabat. Tuliskanlah!
Ide biasanya muncul ketika bahagia banget atau sedih perih merana, hahaha. Ya, tak mengapa, tulis saja. Kan menulis juga bagian dari terapi melepaskan segala sesak di dada.
Menulis pengalaman pribadi dalam bentuk fiksi, membuat penulis lebih menjiwai dalam menggambarkan keadaan atau tokohnya.
Contoh tulisan pengalaman pribadi, saya pernah unggah tentang kejadian ini. Pengalaman lainnya, silakan bisa baca di sini.
4. Menulis dari orang terdekat.
Ayah, ibu, kakak, adik, nenek, kakek, tetangga, teman, sahabat, siapa saja yang dekat dalam kehidupan kita, bisa mendatangkan ide menulis. Ceritakanlah secara detail orang-orang terdekat yang orang lain tidak memilikinya. Baik sifat, karakter dan wataknya. Se-kembar-kembarnya orok, tetap beda, kok!Â
Bisa jadi, anda terinspirasi pada mereka sehingga menggugah anda bersemnagat dalam hidup, belajar dari pengalamannya, dan berbagi kisah kepada pembaca.
Saya pernah mengunggah dengan ide ini tentang Bu Isti (almarhumah). Siapa dia? Klik aja pada namanya.
5. Menulis dari pengetahuan.
Ya, saya yakin kita semua berilmu, meski tidak harus lulusan bangku sekolah atau kuliah. Belajar otodidak pun dan menghasilkan karya, tetaplah berilmu. Akan makin bermanfaat kala diterapkan, dipraktekkan, dan dibagikan kepada orang lain.Â
Semua ilmu, apalagi setelah diperoleh dengan sungguh-sungguh, maka pengalamannya lebih ahli lagi, tuh. Nah, tularkan ekahlian itu dengan tulisan.
Semakin sering orang bekerja sesuai dengan ilmunya, maka pengalamannya semakin bertambah dan semakin cepat menjadi ahli. Ini pun dapat diceritakan sebagai sebuah tulisan. (Arya Noor Amarsyah)
Saya pun berproses dan terus belajar akan hal ini. Contoh dari cara mudah nomer lima, ya, yang sedang kawan baca sekarang. Berdasarkan pengetahuan dan ilmu yang saya dapatkan di dunia kepenulisan -ketika belajar online bersama Coach Arya, saya rangkum dan saya tulis menjadi artikel dengan judul di atas.
6. Menulis dari curahan hati.
Bisa curhatan diri sendiri maupun orang lain. Pernah baca novel karya Asma Nadia? Awalnya kan dari curhatan orang-orang di sekelilingnya. Ya, tulis aja! Siapa tahu dari curhatan bahagia tawa lepas maupun tangis merana sesegukan sampai bengek, tahu-tahu jadi best seller, difilmkan.
Seorang yang ingin jadi penulis, harus sabar mendengar curhatan orang lain. Silakan tulis dengan inisial, bisa dalam bentuk fiksi atau nonfiksi.
Kesimpulannya bahwa ide tulisan itu dekat. Menggali apa yang diketahui dan melihat yang ada disekitar kita.Â
Serendah apapun yang ingin disampaikan, karena khawatir ada orang lain yang sudah mengetahuinya, ingat pula bahwa ada orang lain yang belum mengetahuinya.
Setiap penulis memiliki ciri khas dan pembeda dalam satu tema penulisan. Jangan takut menuliskan hal yang sama. Carilah pembeda dan keunikan diri kita sendiri.
Sebagai penulis pemula, yuk, mulailah menulis dari yang kita ketahui! Ingat, kita juga perlu membaca dan jadikan kebiasaan tersebut sebagai modal awal menuliskan apa yang kita ketahui.
Sudah? Selesai nih bacanya?
Yuk, nulis!
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H