Mohon tunggu...
Raden Siska Marini
Raden Siska Marini Mohon Tunggu... Dosen - Manusia Profesional

Seorang manusia yang percaya bahwa pendidikan adalah jembatan menuju perubahan. Dengan semangat membara, ia bercita-cita untuk menjadi manusia yang bermanfaat, menginspirasi mahasiswa bukan hanya di dalam kelas, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Selain mengajar, Siska aktif berkontribusi dalam berbagai proyek sosial dan penelitian, menjadikan setiap langkahnya penuh makna. Dalam dunia yang terus berubah, ia berkomitmen untuk membekali generasi masa depan dengan pengetahuan dan nilai-nilai yang kuat, sehingga mereka dapat berkontribusi positif bagi masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Feminisme Pembela Keadilan atau Ancaman Moral? Menggali Paradox dalam Perdebatan Gender

3 November 2024   01:08 Diperbarui: 3 November 2024   02:54 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Feminisme seringkali menjadi topik yang memicu perdebatan sengit, terutama mengenai pengaruhnya terhadap moral masyarakat. Pertanyaan ini mengundang beragam perspektif, baik dari kalangan pro-feminisme yang mendukung gerakan ini, maupun dari pihak yang skeptis, seperti golongan konservatif, kelompok agama, kritikus, dan akademisi. 

Dalam opini ini, kita akan membahas berbagai sudut pandang dengan menambahkan teori yang melatarbelakanginya serta dasar-dasar dari perspektif agama yang lebih moderat.

Perspektif Pro-Feminisme

Dari sudut pandang pro-feminisme, feminisme tidak hanya sekadar gerakan sosial, melainkan sebuah teori yang mengedepankan kesetaraan gender dan keadilan. 

Teori feminisme liberal, misalnya, menekankan pentingnya hak-hak individu dan kesetaraan di berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan dan pekerjaan. Feminisme ini berargumentasi bahwa memperjuangkan hak perempuan merupakan langkah moral yang krusial dalam menciptakan masyarakat yang adil. 

Dalam konteks moral, feminisme justru memperjuangkan nilai-nilai yang lebih inklusif dan adil, dengan menyoroti isu-isu seperti kekerasan berbasis gender dan diskriminasi. Dengan mendekonstruksi norma-norma yang merugikan, feminisme dianggap memperkuat moralitas dengan menegakkan hak asasi manusia yang setara bagi semua individu.

Perspektif Konservatif

Sebaliknya, perspektif konservatif melihat feminisme sebagai ancaman terhadap nilai-nilai tradisional yang dianggap sebagai landasan moral masyarakat. 

Dalam teori konservatisme sosial, ada keyakinan bahwa perubahan yang drastis dalam peran gender dapat merusak struktur sosial yang telah terbukti berhasil. Mereka berargumen bahwa feminisme dapat mengganggu struktur keluarga dan peran yang telah mapan. 

Dalam pandangan ini, feminisme dinilai merusak moral dengan mendorong individu untuk menentang norma-norma yang dianggap sebagai kebaikan bersama, seperti kesetiaan dalam keluarga dan tanggung jawab. Mereka khawatir bahwa perubahan yang dibawa oleh feminisme dapat memicu kerusakan pada institusi keluarga dan masyarakat secara keseluruhan.

Perspektif Agama yang Moderat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun