Sejak berlakunya sistem politik demokrasi di Indonesia, dimana setiap orang memiliki hak yang sama dalam menyampaikan aspirasi sebagai wujud partisipasi dalam kehidupan berbangsa yang lebih baik bagi bangsa Indonesia. Hampir 20 tahun bangsa Indonesia menjalani sistem politik demokrasi yang cukup menyedot energi, waktu dan biaya untuk mencerdaskan bangsa Indonesia.
Baru disadari jika selama ini fokus bangsa Indonesia hanya tertuju pada lingkup dalam negeri. Saling menyalahkan, merendahkan, memaki, memfitnah dan setelahnya tidak menghasilkan sesuatu yang berguna dari perilaku tersebut selain rasa puas mengekspresikan diri dengan bebas namun menyakiti saudara sendiri.
Sikap ekspresi yang sering tak terkendali/lepas kontrol tersebut selalu terjadi di ruang publik. Akhirnya tidak ada kemajuan berarti yang dirasakan, hanya berputar di tempat yang sama, jalan di tempat dalam waktu lama serta hanya menjadi sumber pertikaian antar sesama masyarakat.
Semua menjadi lelah dan jenuh sehingga banyak kelompok masyarakat yang guyup merasa riskan bila berbicara politik di ruang publik, saling mengingatkan untuk tidak bicara politik di lingkup mereka karena selama ini pemahaman politik yang dimaksud selalu negatif.
Politik adalah seni untuk mendapatkan kekuasaan (dalam arti baik), bagaimana bisa sampai pada tujuan yang diharapkan namun tetap dalam jalur sebagaimana mestinya, karena ada tanggung jawab moral untuk mendidik masyarakat, Â bagaimana hidup dalam ruang demokrasi yang sehat dan efektif. Namun faktanya banyak orang tidak bertanggung jawab senang mempolitisir sesuatu berakibat gaduh.
Deng
n jumlah penduduk yang besar tidak mudah untuk membagi peluang  yang ada sebagai sumber pendapatan bagi rakyat secara merata, sementara abai pada peluang untuk mengembangkan/ mengeksplorasi kesempatan bekerja di negara lain. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia, tentu membutuhkan dukungan yang besar pula akan ketersediaan lapangan kerja yang memadai. Namun bila pemerintah belum juga bisa menyanggupi menyediakan lapangan kerja karena berbagai faktor, ada baiknya fokus masyarakat beralih dan memanfaatkan peluang besar di negara lain.
Dengan memperbesar tantangan bekerja di luar negeri maka besar pula resiko yang dihadapi namun bukan untuk menjadikan lemah tetapi lebih semangat dalam menghadapi dan menyikapinya. Banyak cara yang dapat dilakukan, antara lain sebagai diplomat, pembisnis internasional, atau bahkan sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri tetapi pada level terdidik/tersertifikasi.
Pemerintah dapat membuat kebijakan dengan membukakan pintu seluas-luasnya bagi warga negara Indonesia (WNI) yang minat bekerja di luar negeri. Dengan menjalin hubungan kerjasama yang baik sebanyak-banyaknya dengan negara lain maka akan lebih mudah melakukan kerja sama pada bidang ketenaga kerjaan.
Selain itu juga dapat memunculkan pihak-pihak swasta yang sudah tersertifikasi untuk membantu mengatur mulai dari proses awal perekrutan yang memenuhi syarat, pelatihan, keberangkatan, tujuan, pekerjaan, penjaminan keamanan, keselamatan jiwa, penggajian serta pengiriman uang ke Indonesia semua dapat terkontrol baik, dengan demikian banyak tenaga kerja Indonesia berpeluang kerja di negara lain. Maka warga masyarakat sangat terbantu untuk mendapatkan dan meningkatkan ekonomi yang mereka inginkan.
Banyak keuntungan  didapat dengan mendorong masyarakat bekerja di luar negeri, selain ekonomi masyarakat membaik, devisa negara terdukung kuat, pergaulan masyarakat berkembang menjadi masyarakat internasional, kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia mengalami peningkatan kualitas, lebih terbuka, peduli, dan kreatif. Dengan wawasan yang baru, cara pandang baru, pola baru serta menemukan kesulitan yang berbeda, maka menambah pengetahuan dan pengalaman untuk menjadi pribadi unggul dan produktif.
Dengan demikian energi benar-benar digunakan untuk menghasilkan kemanfaatan yang dibutuhkan dalam proses kehidupan. Otomatis dapat meminimalisir perilaku negatif/konflik yang seringkali muncul hanya karena hal-hal sepele yang tidak substansial yang mengarah pada kebodohan/pembodohan.
Hampir merata di negara manapun di dunia harapannya SDM bangsanya dapat berkembang lebih baik, karena dapat lebih mudah memajukan negaranya menjadi lebih stabil.
Bagi masyarakat yang sudah mapan bekerja di dalam negeri sudah waktunya untuk diperbaharui pola penggajian menjadi setiap dua minggu sekali, jika dalam sebulan sekali seperti pola selama ini, terlalu lama di sisi lain dapat membantu meringankan keuangan keluarga.
Di Indonesia mendapatkan gaji 30juta/bulan, itu sudah dianggap jumlah yang sangat besar, tapi jika bekerja di negara lain bisa menghasilkan 50jt/100jt/bulan bagi pekerja. Apalagi jika dibayar dengan menggunakan mata uang dollar US, selain memiliki nilai uang yang tinggi dan jika menyesuaikan dengan kurs mata uang Indonesia maka akan berlipat yang didapatkan.
Menjadi motivasi menarik dan menantang bagi warga negara Indonesia utama bagi kepala keluarga yang memiliki tanggung jawab besar menafkahi keluarganya, kehidupan keluarga Indonesia menjadi lebih baik, sejahtera, pertengkaran dalam rumah tangga dapat ditekan, terwujud harmoni dan kualitas anggota keluarga semakin meningkat (fasilitas rumah, transportasi, makanan bergizi, pendidikan terbaik, pergaulan, liburan, hiburan dan lain-lain).
Walau ekonomi sudah terdukung baik alangkah tepat jika dapat menerapkan pola hidup sehat, hemat dalam arti sesuai kebutuhan (tidak boros/berfoya-foya), sudah mendapatkannya dengan kerja keras maka penggunaanya juga hati-hati/terukur dan mencerminkan sikap tauladan sebagai contoh bagi anak-anak dan lingkungan.
Yakin dengan pola ini kehidupan masyarakat Indonesia akan lebih berkualitas, masalah yang dihadapi bukan masalah yang sama bertahun-tahun lamanya. Masyarakat bijak dapat hidup lebih tenang, rukun, damai harmoni dengan masalah yang berbeda maka semakin cerdas, tangguh, selalu siap dan siaga dalam mengarungi dinamika yang ada.
Bangsa Indonesia harus bangga dengan kelebihannya memiliki SDM pekerja keras, dengan semangat untuk melihat diri masing-masing, apa saja dapat dilakukan dan tidak harus selalu bergantung pada pemerintah. Kemandirian setiap individu memudahkan menjalankan peran sebagai warga negara untuk menjaga dan memajukan negeri dengan cara masing-masing namun tetap dalam rule.
Masih banyak celah dan peluang yang bisa diberdayakan/dieksplorasi masyarakat Indonesia di luar negeri. Mencoba mengubah mindset pikir setiap orang bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan dan dikhawatirkan khususnya bagi generasi muda Indonesia untuk berprinsip jangan hanya bisa liar di dalam negeri tetapi harus berani dan *liar* di negri orang.
Yakin dengan optimisme dan harapan besar bangsa Indonesia untuk maju dapat wujudkan mimpi jadi nyata...
Jakarta, 14 Desember 2020
Dr. SusiLawati M.Han
Wakadep Luar Negeri dan Keamanan Nasional DPP PD.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H