PROBLEMATIKA DAN SISTEM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
Meskipun Bahasa arab telah diimani sebagai Bahasa kitab suci umat islam, ternyata keimanan tersebut tidak berpengaruh banyak terhadap sikap siswa dalam mempelajari Bahasa arab, yang selanjutnya tidak berpengaruh besar terhadap hasil belajar Bahasa arab mereka. Kegemaran umat islam dalam membaca alquran, ternyata belum bisa memberikan sumbangan pengaruh yang signifikan terhadap kegemaran dan keinginan mereka untuk meneladani Bahasa arab. Pembacaan alquran yang lebih berorientasi pada “pahala ukrawi” telah mencakupkan keseriusan umat islam untuk mengungkapkan langsung pesan-pesan yang ada di dalam setiap ayat, yang mempersyaratkan salah satunya penguasaan Bahasa arab.
Di samping itu, sebagai Bahasa asing, Bahasa arab tidak bisa di ajarkan oleh orang yang hanya menguasai Bahasa arab. Masih ada beberapa kompetensi lain yang harus dimiliki oleh seorang guru Bahasa arab yang professional, yaitu beberapa kompetensi yang teraviliasi dalam (a) kompetensi pedagogic, (b) kompetensi professional, (c) kompetensi kepribadian, (d) kompetensi sosial. (Dalam peraturan pemerintah No 19 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan)
Salah satu pengetahuan yang dibutuhkan dan harus dipahami dan dikuasai oleh seorang guru Bahasa arab untuk menjadi guru yang kompeten adalah problematika pengajaran Bahasa arab. Dengan pemahaman tentang hakikat dan karakteristik problem pembelajaran Bahasa arab, diharapkan guru bisa menemukan solusi untuk mengatasi problem tersebut.
Sebelum berbicara tentang problem pengajaran Bahasa arab secara teoritis, penulis ingin mengatakan bahwa “sebenarnya” problem yang paling serius yang harus segera dibenahi sejak awal dalam kaitannya dengan pembelajaran Bahasa arab adalah problem “keseriusan” itu sendiri. Artinya, jika seseorang mempelajari Bahasa arab tanpa keseriusan dan dengan keterpaksaan, misalnya karena harus mengikuti struktur kurikulum, maka bisa dipastikan hasil belajarnya tidak akan maksimal. Ketiadaan keseriusan dalam pembelajaran adalah sumber masalah yang paling serius, karena kesuksesan dalam pembelajaran tidak akan mungkin tercapai tanpa melibatkan unsur fisik dan psikis sekaligus.
Secara teoritis, ada dua problem yang sedang dan akan terus kita hadapi dalam pembelajaran Bahasa arab, yaitu problem kebahasaan dan problem nonkebahasaan. (Fakhrurrazi, 2008:1) Pemilahan ini tidak berdasarkan pada tingkat dan tempat atau lembaga pendidikan, melainkan berdasarkan masalahnya. Ada masalah yang langsung berkaitan dengan materi Bahasa arab yang disebut problem linguistic, dan ada masalah yang tidak berkaitan langsung dengan Bahasa arab yang disebut dengan problem nonkebahasaan.
Pertama : Problem Kebahasaan (Musykilat Lughawiyyah/Linguistic Problems)
Yang dimaksud dengan problem kebahasaan adalah persoalan-persoalan yang dihadapi siswa atau pembelajar yang terkait langsung dengan Bahasa yang sedang dipelajarinya. Yaitu kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran yang diakibatkan oleh karakteristik Bahasa arab itu sendiri sebagai Bahasa asing bagi siswa Indonesia. Beberapa problem kebahasaan yang sering menjadi tantangan dan penghambat pembelajaran Bahasa arab adalah sebagai berikut :
- Problem Bunyi (Ashwat ‘Arabiyyah)
- Suatu Bahasa terbentuk dari satuan-satuan bunyi tertentu, dengan menyusun satuan-satuan bunyi tersebut terbentuklah berjuta-juta kata dalam situasi yang beraneka ragam. Contoh problem bunyi Bahasa arab yang dimaksud adalah :
- Adanya fonem Bahasa arab yang berbeda atau tidak ada padanannya dengan fonem Bahasa Indonesia, misalnya ض-ذ-خ-ه-ث-غ-ع-ط-ظ-ص
- Vokal panjang Bahasa arab
- Lambang bunyi huruf Bahasa arab yang beraneka ragam
- Terjadinya perubahan makna kata atau kalimat akibat perubahan satu segmen saja, seperti perubahan kata بلد (negara) ke ولد (anak laki-laki) yang terjadi hanya karena perbedaan satu segmen saja, yaitu dari (ب ) menjadi (و), walau segmen lainnya tidak mengalami perubahan.
- Terjadinya perubahan makna akibat perubahan peletakan tekanan pada kata (nabr/stressing) atau kalimat (tangim/intonation).
- Problem Kosakata (Mufradat)
- Problem pembelajaran kosakata Bahasa arab terletak pada pemahaman makna kata dan penggunaannya, baik secara lisan atau tulisan. Bahasa arab adalah Bahasa yang kaya dengan kosakata dengan berbagai ragamnya. Makna kata yang menjadi problem dalam pembelajaran adalah adanya kata-kata dalam Bahasa arab yang maknanya beragam. Artiya, satu kata bisa bermakna banyak .
- Problem Kaidah Tata Kata (Sharaf)
- Dalam Bahasa arab, pengembangan makna gramatikal dilakukan dengan cara mengembangkan satu bentuk (shigah) menjadi sejumlah bentuk untuk menunjukan variasi makna yang berbeda. Berbeda halnya dengan Bahasa Indonesia yang dalam pengembangan makna gramatikalnya banyak mengandalkan proses afiksasi (awalan,akhiran,sisipan), dan reduplikasi (pengulangan).
- Problem Kalimat (Nahwu)
- Problem tata kalimat berarti kesulitan yang dihadapi oleh siswa yang berkenaan dengan aturan-aturan (qawa’id) dari hubungan satu kata dengan lainnya sebagai pernyataan gagasan dan sebagai bagian dari struktur kalimat (tarkib). Problem tata kalimat berkaitan dengan penghimpunan dan timbal balik antara kata-kata, frase-frase, dan klausa-klausa dalam kalimat.
- Problem Tulisan
- Tulisan Bahasa arab berbeda dengan tulisan Bahasa Indonesia (Latin), juga menjadi kendala tersendiri bagi pelajar Indonesia.
Minimalisasi Problematika Kebahasaan
Sebagai gambaran umum, berikut ini dikemukakan garis besar solusi untuk meminimalisir problem-problem pengajaran Bahasa arab.
- Problem Aswath ‘arabiyyah, solusinya melalui pola latihan yang intens dan dalam berbagai bentuk kata yang memiliki padanan awal, tengah, maupun akhir. Karena itu, pola tsunaiyyat shughra dan tsunaiyyat kubra bisa membantu pembelajar mengidentifikasi perbedaan bunyi
- Problem Kosakata dapat diminimalisir dengan mengajarkan kosakata tanpa terpisah dari kalimat (jumlah). Artinya pembelajaran kosakata diberikan dalam kalimat sempurna dan yang secara fungsional akan dijumpai sehari-hari dalam kehidupan berbahasa.
- Problem saharaf bisa diminimalisir melalui penyederhanaan, khususnya wazan, karena diantara wazan-wazan yang kita perkenalkan banyak yang tidak produktif untuk kepentingan berbahasa.
- Problem nahwu juga bisa diminimalisir melalui penyederhanaan istilah-istilah nahwu dan konsep-konsepnya yang rumit, kompleks dan filosofis.
- Problem tulisan bisa diminimalisir dengan pentahapan dan penjengjangan pengajaran menulis huruf arab yang terpadu dengan pengajaran komponen Bahasa lainnya.
Kedua : Problem Nonkebahasaan (Muskilat ghair Lughawiyyah/Nonlinguistic Problems)
Yang dimaksud dengan problem nonkebahasaan adalah persoalan-persoalan yang tidak terkait langsung dengan Bahasa yang dipelajari siswa tetapi turut serta (bahkan dominan) mempengaruhi tingkat kesuksesan dan kegagalan pembelajaran Bahasa.
Adapun problem nonkebahasaan dalam pembelajaran Bahasa beserta solusi yang bisa diambil, antara lain sebagai berikut :
- Masalah yang terkait dengan factor psikologi seperti motivasi (dawafi’) dan minat (muyul) belajar.
- Belajar tanpa motivasi tidak akan pernah berhasil, apalagi kalua tertanam kebencian terhadap materi dan guru yang mengaharkannya. Belajar yang sukses adalah yang melibatkan siswa secara utuh baik fisik maupun psikis. Ini berarti guru harus mendorong siswa menyukai belajar, dan yang dipelajari dirasakan akan berguna bagi kehidupannya kelak.
- Masalah perbedaan individu (furuq fardiyyah) dalam satu kelas.
- Seorang guru dituntut untuk dapat memahami perbedaan yang ada pada setiap individu siswa. Dengan memahami perbedaan-perbedaan yang ada pada setiap individu tersebut diharapkan guru dapat mengambil langkah dan cara terbaik dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Perbedaan siswa yang perlu disadari oleh guru Bahasa arab antara lain : perbedaan gender atau jenis kelamin, perbedaan intelegensi, perbedaan tingkat motivasi, perbedaan latar belakang pendidikan (asal sekolah), perbedaan tingkat kemampuan ekonomi orang tua dan perbedaan besarnya tingkat dukungan dan motivasi dari orang tua.
- Masalah terkait ketersediaan sarana-prasarana, media dan sumber belajar Bahasa arab. Solusi yang perlu segera diambil adalah peningkatan kemampuan dan kreativitas guru dalam memproduksi media dan mengembangkan sumber belajar. Sementara sekolah perlu mengusahakan peningkatan ketersediaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana pembelajaran
- Rendahnya kompetensi guru Bahasa arab; baik kompetensi professional, pedagogic, personal, maupun sosial. Solusi yang penting diambil adalah memperbaiki system penyiapan guru Bahasa arab.
- Stagnasi dan ketidaktepatan guru Bahasa arab memilih metode pembelajaran.
- Masalah yang terkait dengan ketersediaan waktu.
- Kelemahan guru dan sekolah mengembangkan lingkungan berbahasa; yang dapat mendorong siswa berani berbicara tanpa ada rasa malu dan takut salah.
Dari kedua problem diatas nampaknya yang paling dominan mempengaruhi berhasil atau tidaknya pembelajaran Bahasa arab adalah problem-problem nonkebahasaan yang salah satunya adalah metode. Hal lain yang tidak kalah penting dari problem nonlinguistik adalah motivasi siswa dalam belajar Bahasa asing. Karena pembelajaran Bahasa dengan hanya mengandalkan waktu yang tersedia di kelas dapat dipastikan tidak akan sukses kecuali hanya untuk memenuhi kriteria ketuntasan minimal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H