Mohon tunggu...
Ishak R. Boufakar
Ishak R. Boufakar Mohon Tunggu... Pegiat Literasi -PI -

Pegiat Literasi Paradigma Institute Makassar

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Ambon Menuju Kota Literasi

5 Maret 2017   18:31 Diperbarui: 6 Maret 2017   06:00 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” – Pramoedya Ananta Teor

Mendadak terasa, di bagian awal tulisan ini, seorang pesohor, sekaliber Pramoedya Ananta Teor, tengah bangkit dan mewarta kepada kita. “Sepandai-pandai seseorang, tanpa ia bersentuhan dengan aktifitas menulis, sama saja, ia telah menenggelamkan dirinya sendiri dalam tatanan masyarakat dan terkubur di lembaran sejarah. Lebih lanjut, menurut Pram—kerab disapa. Menulis—literasi sebenarnya bekerja untuk keabadian.

Apa Itu Literasi?

Konsep literasi baru dikembangkan pada dasawarsa 1960-an (Sofia Valdivielso Gomez, 2008). Menurut kamus online Merriam Webster, literasi berasal dari istilah latin “literature” dan bahasa Inggris “letter”. Literasi merupakan kualitas atau kemampuan melek huruf atau aksara yang di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan menulis. Selain dari itu,  menurut Institute for literacy, literasi bermakna kemampuan individu untuk membaca, menulis, memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat.

Pada tingkat ini, diharapnya kemampuan literasi seseorang tidak hanya berkutat pada penyelesaian persoalan pribadi, tetapi berkenaan dengan penyelesaian persoalan keluaraga dan masyarakat. Sebab, pada dirinya, ia memerankan dua potensi sekaligus, yaitu sebagai makhluk individual dan makhluk sosial. Sejak zaman komunal primitif, manusia sudah terdorong dalam arena sosial. Tujuannya, segala kebutuhan dan persoalan terselesaikan bersama-sama.

Rendahnya kemampuan literasi bangsa, saat ini, berdampak pada daya saing bangsa dalam persaingan global. Oleh sebab itu, semeskinya segala kemampuan diarahkan demi terciptanya tumbuh geliat literasi. Dan, ini membutuhkan kerja kolektif, serta partisipasi semua pihak. Dengan ini, kehadihan Kompasianer Amboina dalam mengawal gerakan literasi di Maluku, sangat dipandang perlu. Mengingat, angka buta aksara di Maluku tahun 2012 yang dilansir www.kabartimur.co.idberjumlah 99,15 persen dan pada tahun 2013 mencapai 99,50 persen.

Bagaimana dengan syarat sebuah kota literasi? Syarat kota literasi, yakni semakin geliat tumbuh budaya membaca dan menulis, workshop membaca dan menulis, penyediaan buku bacaan gratis, perpustakaan warga, serta tumbuh kembang taman-taman baca. Dan ini, bukan semata pada tataran konsep, tetapi lebihpada perwujudan. Lantas apa yang sudah dilakukan Kompasianer Amboina?

Kerja Nyata Kompasianer Amboina Mewujudkan Maluku Kota Literasi

Kompasianer Amboina, dengan akronim KOMA merupakan salah satu komunitas di bawah naungan Kompasiana. Di mana, kompasiana merupakan sebuah media warga—citizen media, yang mengusung semangat berbagi dan saling berhubungan—connecting.Begitu juga KOMA, mengambil semangat ini sebagai spirit atas sejarah perubahan. Wabulkhusus, dalam mengawal gerakan literasi di Maluku.

Mengutip sebuah tulisan yang ditulis Roesda Leikawa, salah seorang admin KOMA, Kopdar Perdana di Pantai, Kompasianer Amboina Semakin Menggila (21/1/17), bahwa saat ini, KOMA bergerak dalam gerakan literasi di Maluku. Menjelang dua tahun ini, KOMA sudah sering melakukan roadshow ke kampus dan beberapa sekolah yang ada di Maluku, tidak hanya di pusat kota, namun KOMA juga bergeriliyah sampai pada perdesaan.

Desember 2016 lalu, KOMA mulai masuk di wilayah Kabupaten Maluku Tengah tepatnya di Desa Liang, Kecamatan Salahutu dan dusun Mamuah Kecamatan Leihitu. Hal ini dilakukan untuk mengajak masyarakat khususnya dalam dunia pendidikan bahwa betapa pentingnya literasi itu perlu dihidupkan.

Selain Rosda Leikawa, sebuah tulisan yang ditulis Shulhan Rumaru, Geliat Setahun Kompasianer Amboina (12/4/16)dari ulasanya, KOMA juga kerap nimbrung dalam berbagai kegiatan sosial di Maluku. Sedikit dari keikutsertanya, seperti, pameran pedidikan di Taman Budaya Karang Panjang, aktif dalam kegiatan advokasi jalan Negeri Ema, Aksi peduli SD Ukulahin di pulau Buru, yang hingga saat ini para siswa tak berseragam layaknya siswa SD umumnya. Serta, bekerja sama dengan Pramuka Ranting Teluk Ambon mengadakan kegiatan literasi yang dihadiri pramuka se-Maluku.

Agenda Rutin Kompasianer Amboina

Sudah menjadi tanggungjawab bagi KOMA dalam mengawal gerakan literasi di Maluku. Terbukti dengan dicanangkan agenda rutinan, yaitu melaksanakan kopdar, sekali dalam tiga bulan.

Megawali nawaituini, tepat pada 21 Januari 2017 lalu, mengambil lokasi di Pantai Letang negeri Morella, kecamatan Leihitu, kabupaten Maluku Tengah, KOMA melakukan Kopdar pertama di tahun 2017. Kopdar kali itu, menghadirikan Ishak R. Boufakar (Saya sendiri), sebagai pembicara,“Tips Menulis Fiksi,” selain itu, dihadirkan pula, Novita Nur Ohoiulun, Puteri Indonesia Maluku Persahabatan 2017-2018 sebagai pembicara dalam kopdar tersebut. Kegiatan perdana ini berjalan lancar dan sukses, dihadiri oleh 25 anggota.

Setelah kopdar berhasil dilasanakan di pantai Letang, negeri Morella, kembali KOMA menghelat kopdar yang kedua di bulan Maret 2017, kali ini mengambil lokasi di Warung Ayam Gemuk, BTN Kanawa, Kebun Cengkih, Maluku, dengan menghadirkan Tajudin Buano, Wartawan Ambon Ekspres. Begitu juga peserta yang turut nimbrung berjumlah 16 peserta.

Sumber foto facebook Roesda Leikawa
Sumber foto facebook Roesda Leikawa
Taju, kerap disapa, dirinya tercatat sebagai salah satu admin KOMA. Begitulah, tradisi dan budaya di KOMA, bahwa setiap anggota adalah pemandu literasi. Dan, mesti bersedia dalam kondisi apapun, kelak dimintai sebagai pewarta. Lewat kesempatan itu, Taju mensoal Bagaimana Mendapat Sudut Pandang Menarik Dalam Menulis?Dan yang bertindak sebagai pengarah, Hasiati Kimia, salah seorang admin KOMA.

Lewat tubuh tulisan ini, barangkali semacam portofolio dari tiap kopdar yang dihelat. Masih membekas dalam ingatan, kala imaji masih perawan: sesari dari sudut pandang merupakan framebagi seorang penulis dalam mengarahkan tulisannya. Point of view, kerap disoal dalam khasana filsafat. Sudut pandang, lebihpada posisi seorang penulis menempatkan dirinya pada apa yang ditulis, ataupun dipikirkan. Boleh dikata, sudut padang dalam menulis, dapat membedakan seorang penulis dengan penulis yang lain, ataupun kualitas dan kedalaman sebuah tulisan dengan tulisan yang lain, kira-kira beginilah yang diwartakan, Taju.  

Sembari membagi macam-macam sudut pandang. Menurutnya, sudut pandang lazim dipakai dalam penulisan, baik fiksi maupun non fiksi. Pertama, sudut pandang pesona pertama “Aku” atau orang pertama. Sudut padang ini bermakna tokoh “Aku” yang berkisah atas kesadaran dirinya. Kedua, sudut pandang pesona ketiga “Dia”. Sudut pandang ini, seorang penulis atau pecerita menampilkan tokoh-tokoh di luar dirinya, dengan sebutan: ia, dia, mereka. Ketiga, sudut pandang Campuran. Sudut pandang ini, seorang penulis membaurkan antara pendapat pengarang dan tokoh-tokohya.

Selain fiksi, begitu juga non-fiksi. Misalnya, dalam berita. Seorang wartawan selalu berkutat dengan intro atau lead berita. Leadberkaitan dengan sudut pandang—angel atau viewpoint sebuah berita yang tersajikan. Hal ini, membedakan seorang wartawan dalam menulis berita, meskipun sebuah berita yang sama, pun berbeda pada sudut pandang yang dibidik. Boleh jadi masalah sosial, politik, hukum, pendidikan,dan budaya yang disinggung.

Sumber:facebook Roesda Leikawa.
Sumber:facebook Roesda Leikawa.
Tak hanya penyampaian materi, serangkaian agenda kegiatan pun diikutsertakan. Berupa, pelatihan pembuatan blog bagi anggota yang baru bergabung dengan KOMA, kegiatan ini didampingi Rosda Leikawa dan Augustinus Robert Forex. Selain itu, rapat persiapan agenda Pensil yang mengikutsertakan KOMA pun digelar.

Pelatihan pembuatan blog/facebook Roesda Leikawa
Pelatihan pembuatan blog/facebook Roesda Leikawa
Komitmen Maluku Kota Literasi

Dari kerja nyata KOMA selama ini, menjadi komitmen bersama, bahwa Maluku berada pada track yang tepat menuju kota literasi!

Di Jepang ada program atau gerakan yang bernama 20 Minutes Reading of Mother and Child, gerakan ini mengharuskan seorang ibu untuk mengajak anaknya membaca buku 20 menit sebelum tidur. Ini merupakan salah satu upaya Jepang dalam menigkatkan budaya literasi. Terbukti, Jepang sudah mencapai tingkat literasi 99 persen.

Jika tidak berlebihan, belakangan kondisi serupa tengah diembankan ibu-ibu di Maluku dalam mewajibkan anak-anaknya turut nimbrung dalam kegiatan literasi: membaca dan menulis. Hal ini terlihat dari bebarapa kegiatan kopdar yang dihelat KOMA, baik di sekolah-sekolah maupun secara lesehat. Di sebuah kesempatan kopdar di pantai Letang, Morella, turut hadir peserta paling muda, Zaid Faruq Auda yang masih duduk di bangku SD kelas III, dia ikuti penyampain materi dengan serius dan menyimak satu persatu pembicaraan para seniornya.

Joshua tampak antusias mengikuti Kopdar/facebook Roesda Leikawa
Joshua tampak antusias mengikuti Kopdar/facebook Roesda Leikawa
 Selain Zaid, pada pertemua kopda kedua yang dihelat KOMA, hadirpula beberapa putra dari anggota KOMA yang turutserta, yaitu Joshua, putra dari ibu Elsye, Fiki, putra dari ibu Nirwana Litiloly. Hal ini mengindikasikan bahwa kampaye literasi begitu tumbuh semarak di dalam lingkungan terkecil, yaitu keluarga. Dan, sudah semeskinya setiap pergerakan meski diawali dari lingkungan keluarga.

“Wujud dari mimpi yang besar adalah kerja nyata yang kecil”.

Salam

Ishak R. Boufakar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun