Selain Rosda Leikawa, sebuah tulisan yang ditulis Shulhan Rumaru, Geliat Setahun Kompasianer Amboina (12/4/16)dari ulasanya, KOMA juga kerap nimbrung dalam berbagai kegiatan sosial di Maluku. Sedikit dari keikutsertanya, seperti, pameran pedidikan di Taman Budaya Karang Panjang, aktif dalam kegiatan advokasi jalan Negeri Ema, Aksi peduli SD Ukulahin di pulau Buru, yang hingga saat ini para siswa tak berseragam layaknya siswa SD umumnya. Serta, bekerja sama dengan Pramuka Ranting Teluk Ambon mengadakan kegiatan literasi yang dihadiri pramuka se-Maluku.
Agenda Rutin Kompasianer Amboina
Sudah menjadi tanggungjawab bagi KOMA dalam mengawal gerakan literasi di Maluku. Terbukti dengan dicanangkan agenda rutinan, yaitu melaksanakan kopdar, sekali dalam tiga bulan.
Megawali nawaituini, tepat pada 21 Januari 2017 lalu, mengambil lokasi di Pantai Letang negeri Morella, kecamatan Leihitu, kabupaten Maluku Tengah, KOMA melakukan Kopdar pertama di tahun 2017. Kopdar kali itu, menghadirikan Ishak R. Boufakar (Saya sendiri), sebagai pembicara,“Tips Menulis Fiksi,” selain itu, dihadirkan pula, Novita Nur Ohoiulun, Puteri Indonesia Maluku Persahabatan 2017-2018 sebagai pembicara dalam kopdar tersebut. Kegiatan perdana ini berjalan lancar dan sukses, dihadiri oleh 25 anggota.
Setelah kopdar berhasil dilasanakan di pantai Letang, negeri Morella, kembali KOMA menghelat kopdar yang kedua di bulan Maret 2017, kali ini mengambil lokasi di Warung Ayam Gemuk, BTN Kanawa, Kebun Cengkih, Maluku, dengan menghadirkan Tajudin Buano, Wartawan Ambon Ekspres. Begitu juga peserta yang turut nimbrung berjumlah 16 peserta.
Lewat tubuh tulisan ini, barangkali semacam portofolio dari tiap kopdar yang dihelat. Masih membekas dalam ingatan, kala imaji masih perawan: sesari dari sudut pandang merupakan framebagi seorang penulis dalam mengarahkan tulisannya. Point of view, kerap disoal dalam khasana filsafat. Sudut pandang, lebihpada posisi seorang penulis menempatkan dirinya pada apa yang ditulis, ataupun dipikirkan. Boleh dikata, sudut padang dalam menulis, dapat membedakan seorang penulis dengan penulis yang lain, ataupun kualitas dan kedalaman sebuah tulisan dengan tulisan yang lain, kira-kira beginilah yang diwartakan, Taju.
Sembari membagi macam-macam sudut pandang. Menurutnya, sudut pandang lazim dipakai dalam penulisan, baik fiksi maupun non fiksi. Pertama, sudut pandang pesona pertama “Aku” atau orang pertama. Sudut padang ini bermakna tokoh “Aku” yang berkisah atas kesadaran dirinya. Kedua, sudut pandang pesona ketiga “Dia”. Sudut pandang ini, seorang penulis atau pecerita menampilkan tokoh-tokoh di luar dirinya, dengan sebutan: ia, dia, mereka. Ketiga, sudut pandang Campuran. Sudut pandang ini, seorang penulis membaurkan antara pendapat pengarang dan tokoh-tokohya.
Selain fiksi, begitu juga non-fiksi. Misalnya, dalam berita. Seorang wartawan selalu berkutat dengan intro atau lead berita. Leadberkaitan dengan sudut pandang—angel atau viewpoint sebuah berita yang tersajikan. Hal ini, membedakan seorang wartawan dalam menulis berita, meskipun sebuah berita yang sama, pun berbeda pada sudut pandang yang dibidik. Boleh jadi masalah sosial, politik, hukum, pendidikan,dan budaya yang disinggung.