Setelah puas mengexplore daerah ini, kami pun memutuskan untuk makan siang di pantai. Kami duduk di bawah pohon. Sebagai anak pantai dan pencinta wisata bahari, menikmati makan siang di pantai itu sesuatu banget. Kapan lagi bisa makan siang ditemani deburan ombak dan hembusan angin pantai….benar-benar anugerah Tuhan yang patut disyukuri. Thanks God🙏
Titik Nol Kilometer ini merupakan tempat yang sangat cocok untuk dijadikan sebagai tujuan wisata. Untuk itu, tentunya sarana dan infrastrukturnya harus dibangun. Jalanan yang rusak harus diperbaiki. Pembangunan sarana di tempat ini juga harus memperhatikan tata letaknya.
Jangan sampai seperti di Pantai Bolong Termanu, terdapat sebuah bangunan yang ditempatkan di dekat gazebo, yang menurut saya malah merusak keindahan tempat tersebut. Semoga bisa menjadi perhatian dari instansi terkait. Sayang sekali daerah yang begitu indah ini tidak dipromosikan.
Oya tidak ada signal di tempat ini. Jadi yang datang ke tempat ini bisa fokus menikmati panoramanya, bermain dengan ombak di pantai, berenang ataupun membaca buku di pantai.
Tempat ini cocok untuk refreshing, healing ataupun rekreasi.
Saya dan Indri sepakat, memutuskan untuk menukar itenary ke Titik Nol Kilometer, merupakan keputusan yang benar. Kami berdua tidak menyesal dengan keputusan kami melepas Pantai Oelangga dan Bukit Dano Fulak.
Bagi yang berkunjung ke Pulau Rote, pastikan Titik Nol Kilometer ini menjadi salah satu itenarynya. Dijamin tidak akan kecewa.
Pulau Sabang dan pulau Rote sudah kami sambangi. Mudah-mudahan ada kesempatan untuk ke Merauke dan Miangas.
Adakah kompasianer yang sudah mendatangi ke -4 titik nol kilometer tersebut? Bagaimana titik nol kilometer di Merauke dan Miangas? Apakah ada dibuatkan tugu seperti di Sabang? Atau hanya tiang dan pilar seperti di Pulau Rote? Bagaimana dengan keindahan alamnya? Silakan info di kolom komentar ya. Terima kasih.