“Ibu” ataupun “Mama” merupakan sosok yang setiap orang pasti memilikinya. Ya, karena semua dari kita lahir dari rahim seorang ibu. Ibulah sosok pertama yang mengajarkan norma-norma kehidupan kepada kita sehingga kita bisa menjadi sekarang ini. Saya yakin dan percaya, pengaruh ibu sangat besar dalam membentuk karakter kita selain ayah tentunya.
Mama adalah panggilan sayangku untuknya. Mamaku adalah sosok ibu rumah tangga yang sederhana, lembut dan tegas. Beliau mendidik kami, anak-anaknya, dengan lembut dan kasih tetapi tidak segan-segan menghukum kami apabila kami salah.
Pada saat berbuat salah dan dimarahin mama, yang langsung terpatri diingatan adalah rasa bersalah karena telah membuat mama sedih dan marah karena saya tahu kalau tidak keterlaluan mama tidak akan marah. Kesederhanaan dan kelembutan mama membuat saya lebih mawas diri.
Mama mengajarku dengan keteladanannya
Sering kita mendengar atau kalau lagi menonton film, melihat seorang ibu yang bisa sangat pilih kasih terhadap anaknya. Bisa sangat sayang terhadap satu anaknya tetapi terhadap anaknya yang lain sangat jelas rasa tidak sukanya. Perbedaan perlakuan dan kasih sayang menyebabkan perkembangan yang tidak sehat bagi anak-anaknya yang akan mengakibatkan tidak akurnya satu anak dengan anak lainnya.
Tetapi mamaku tidak begitu. Menurutku beliau sangat adil, tidak pilih kasih sayang terhadap kami, anak-anaknya. Apabila ada makanan, maka bagi kami yang tidak ada di rumah, tidak perlu takut tidak mendapatkan makanan, karena pasti di sisihkan oleh mama.
Sewaktu kami di daerah, mama menjual minyak tanah. Hasil keuntungan penjualan minyak tanah tersebut dibelikan perhiasan untuk cici, saya dan adik saya. Semua dapat bagian.
Mama tidak pernah teriak-teriak kepada kami, anak-anaknya. Mama juga tidak cerewet seperti ibu-ibu pada umumnya. Beliau merawat kami dengan sabar dan memperlakukan kami, 7 orang anaknya, dengan hati & kasih yang sama. Karena beliaulah, dan tentu saja peran papa, kami 7 bersaudara tidak pernah merasa iri satu sama lain. Kami tidak pernah merasa tersisihkan.
Mama tidak pernah mengatakan " ini tidak boleh". Beliau membebaskan saya untuk melakukan apapun yang saya sukai. Justru karena kebebasan dan kepercayaan yang diberikannya, maka saya selalu berusaha untuk tidak melakukan hal yang bisa membuat beliau sedih.
Sewaktu kakek buyut saya meninggal, saya masih kecil, belum bersekolah. Di daerah, upacara pelepasan jenazah dilakukan di lapangan, depan sekolah. Jadi saya dijaga oleh kakekku, papanya mama. Kebersamaanku dengan kakek ternyata terekam oleh kamera. Di kemudian hari, saat kakek sudah meninggal, saat melihat foto tersebut mama meneteskan air mata.
Mama mengajarkan rasa cinta dan kasihnya kepada orang tua lewat reaksinya saat melihat foto kakek. Peristiwa ini terekam erat dalam memoriku sampai saat ini. Dan saya masih ingat, untuk menghindarkan mama sedih dan meneteskan air mata lagi, foto tersebut saya selipkan di dalam foto-foto lainnya, sehingga apabila mama melihat foto-foto lama lagi, diharapkan foto tersebut tidak terlihat.
Kasih mama tidak saja hanya untuk kami, anak-anaknya. Rasa sayang tersebut juga ditujukan untuk menantu-menantunya. Kelembutan dan kasih sayang mama terhadap kami membuat kami respek dan sayang kepadanya. Kami semua, saya, kakak dan adik-adikku, beserta menantu-menantunya sangat dekat dengan mama & sangat mencintainya. Sayang beliau meninggalkan kami terlalu cepat 😭
Mama menjadi teman & sandaranku
Semasa hidupnya, setiap pulang kerja, pasti mama menjadi tempatku mencurahkan isi hati. Tidak ada kejadian apapun yang saya alami yang tidak saya ceritakan kepada mama.
Setiap malam kami selalu menonton TV bersama. Di sela iklan, saya sering memegang tangan mama, meletakkannya ke pundakku & memintanya memijitku. Biasanya kami berdua langsung tertawa, karena seharusnya sayalah yang harus memijitnya, ini malah ke balik :)
Sambil saya akan menceritakan kejadian di kantor. Apabila kejadiannya mengesalkan maka mama akan menyuruhku bersabar, sebaliknya kalau kejadiannya menyenangkan maka mama akan ikut tersenyum bahagia bersamaku.
Mama juga merupakan tempatku bersandar dikala terpuruk. Beliau adalah penyemangatku dan segalanya bagiku.
Mama merupakan malaikat tidak bersayap yang selalu menjagaku
Pada saat kita sakit, pastilah mama yang akan menjaga kita. Saya masih ingat, pada saat saya sakit, mama yang selalu menyodorkan obatnya di depanku pada saat tiba waktunya minum obat.
Saya termasuk orang yang “mager” (malas gerak). Karena tahu sifatku, maka mama biasa mengantarkan buah yang sudah dipotong dan tinggal di makan di depanku. Beliau tahu kalau tidak di taruh di depan mata, maka saya tidak mungkin akan memakan buah tersebut walaupun sudah dikasih tahu di kulkas ada buah (makanan).
Mama mencintai kami sampai akhir hayatnya
Dalam ingatanku, tidak ada hal-hal negatif tentang mama. Mama tidak pernah meminta duit kepada kami. Biasa kalau gajian, maka saya sisihkan sebagian kecil gajiku untuk papa dan mama. Ternyata duit yang saya kasih ke mama, tidak pernah dipakai oleh mama, tetapi di simpan dan setelah terkumpul di dibelikan perhiasan lagi untuk saya.
Mama adalah orang terpenting dalam hidupku dan orang yang paling saya sayangi selain papa. Dan saya yakin, beliau juga sangat menyayangi kami semua bahkan sampai saat meninggalnya beliau masih mencurahkan kasihnya kepada kami dengan caranya sendiri.
Ceritanya mama meninggal di bulan ke-7 menurut kalender Cina, yang mana menurut kepercayaan warga Tionghua merupakan masa di mana gerbang neraka di buka. Pada masa itu biasa roh leluhur masuk ke “Tatung” untuk menyampaikan pesan mereka ke anggota keluarga.
Menurut Wikipedia, Tatung adalah orang yang dimasuki roh dewa atau leluhur, dimana raga orang tersebut dijadikan sebagai alat komunikasi atau perantara antara roh dewa atau leluhur.
Nah, pada saat di rumah duka, mertua adikku menginformasikan bahwa roh mamaku masuk ke “tatung” dan menyuruh kami untuk ke sana karena ada pesan penting yang akan disampaikan kepada kami. Saya tidak percaya karena bukan tipe mamaku. Tetapi karena sudah disampaikan maka pada hari yang ditentukan, papa dan kami, anak-anaknya pun menuju ke rumah tatung tersebut.
Setelah papa memasang “hio” (dupa) di altar rumah tatung, maka tidak lama kemudian, tatung tersebut kemasukan roh leluhur. Seperti yang saya duga, bukan mama saya yang datang tetapi nenek saya, ibunya mama.
Pada saat nenek datang, suaranya mirip banget dengan suara nenek semasa hidupnya. Nenek langsung memegang tangan papa dan menanyakan kenapa mama kami dikuburkan di tanggal segitu, katanya tanggal tersebut bukan hari yang baik, akan muncul masalah yang besar.
Untuk kiasnya agar masalahnya bisa diperkecil, nenek memberikan pesan bahwa kami semua tidak ada yang boleh menanggis pada saat mama dimakamkan karena kalau tidak mama tidak akan pergi dengan tenang dan akan mengakibatkan masalah besar.
Dan supaya mama bisa pergi dengan tenang, kami saling mengingatkan satu sama lain. Apabila ada satu yang mulai sesungukan, maka langsung diingatkan yang lain untuk tidak menanggis. Alhasih, pada saat mama dimakamkan, tidak ada satupun dari kami yang menanggis.
“Saya pikir pada saat mama dimakamkan, saya akan menanggis sampai bagaimana, ternyata malah tidak menanggis”, kata adikku. Semua dari kami tidak menanggis karena kami menyayangi mama kami, sehingga kami mau beliau bisa pergi dengan tenang.
Dan saya meyakini, mama dengan caranya sendiri telah membuat kami tidak menanggis, karena saya yakin dan percaya kalau tidak ada pesan dari mama melalui nenek lewat perantaraan tatung tersebut, kami tidak akan mungkin melepas mama tanpa meneteskan air mata.
Dan memang setelah pemakaman mama, dalam perjalanan pulang muncul masalah. Di bus banyak yang muntah. Besok paginya kami mendapatkan kabar ada beberapa orang yang masuk rumah sakit karena muntaber. Kemungkinan itu dari makanan yang kami beli untuk dibagikan ke pelayat yang ikut ke pemakaman.
Kadang memang ada hal yang tidak bisa dicerna secara logika. Tetapi bukan hal ini yang mau saya ceritakan di sini.
Yang ingin saya tekankan di sini adalah begitu besarnya cinta mama kepada kami, anak-anaknya, dan beliau tahu kami semua sangat mencintainya sehingga mama menghentikan kami semua dari tanggisan pada saat melepas kepergiannya dengan caranya sendiri.
Mama adalah sosok yang luar biasa. Beliau merawat kami dengan hati & kasih. Tindakan-tindakan nyatanya dalam kehidupan sehari-hari menjadi panutanku & terekam erat di memori. Kesederhanaan & kelembutannya mampu membuat kami semua mencintainya. Kami semua tidak rela bila mama sedih dan marah akibat kesalahan kami, ini membuat kami selalu hati-hati dalam bertindak dan memutuskan sesuatu.
Kasih ibu sepanjang masa. Itulah kasih mamaku. Apabila ada reinkarnasi, saya mau tetap menjadi anaknya. Selamat beristirahat dengan tenang, mama. Semoga kita bisa bertemu kembali pada saatnya nanti. Saya akan selalu mencintaimu & merindukanmu.
Mama adalah segalanya bagiku. Beliau menjadi guru, teman & malaikat pelindung yang menjadi panutanku sehingga menjadi sekarang ini.
Serpong, 17 November 2020
Salam,
Rosmani
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H