Mohon tunggu...
Rosmani Huang
Rosmani Huang Mohon Tunggu... Karyawan swasta - Karyawan Swasta

Enjoy this life with positive thinking

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mama, Malaikat Tidak Bersayap yang Menjadi Panutanku

17 November 2020   05:00 Diperbarui: 29 April 2021   16:10 1116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah papa  memasang “hio” (dupa) di altar rumah tatung, maka tidak lama kemudian, tatung tersebut kemasukan roh leluhur. Seperti yang saya duga, bukan mama saya yang datang tetapi nenek saya, ibunya mama.

Pada saat nenek datang, suaranya mirip banget dengan suara nenek semasa hidupnya. Nenek langsung memegang tangan papa dan menanyakan kenapa mama kami dikuburkan di tanggal segitu, katanya tanggal tersebut bukan hari yang baik, akan muncul masalah yang besar. 

Untuk kiasnya agar masalahnya bisa diperkecil, nenek memberikan pesan bahwa kami semua tidak ada yang boleh menanggis pada saat mama dimakamkan karena kalau tidak mama tidak akan pergi dengan tenang dan akan mengakibatkan masalah besar.

Dan supaya mama  bisa pergi dengan tenang, kami saling mengingatkan satu sama lain. Apabila ada satu yang mulai sesungukan, maka langsung diingatkan yang lain untuk tidak menanggis. Alhasih, pada saat mama dimakamkan, tidak ada satupun dari kami yang menanggis.

Saya pikir pada saat mama dimakamkan, saya akan menanggis sampai bagaimana, ternyata malah tidak menanggis”, kata adikku. Semua dari kami tidak menanggis karena kami menyayangi mama kami, sehingga kami mau beliau bisa pergi dengan tenang.

Dan saya meyakini, mama dengan caranya sendiri telah membuat kami tidak menanggis, karena saya yakin dan percaya kalau tidak ada pesan dari mama melalui nenek lewat perantaraan tatung tersebut, kami tidak akan mungkin melepas mama tanpa meneteskan air mata.

Dan memang setelah pemakaman mama, dalam perjalanan pulang muncul masalah. Di bus banyak yang muntah. Besok paginya kami mendapatkan kabar ada beberapa orang yang masuk rumah sakit karena muntaber. Kemungkinan itu dari makanan yang kami beli untuk dibagikan ke pelayat yang ikut ke pemakaman.

Kadang memang ada hal yang tidak bisa dicerna secara logika. Tetapi bukan hal ini yang mau saya ceritakan di sini.

Yang ingin saya tekankan di sini adalah begitu besarnya cinta mama kepada kami, anak-anaknya, dan beliau tahu kami semua sangat mencintainya sehingga mama menghentikan kami semua dari tanggisan pada saat melepas kepergiannya dengan caranya sendiri.

Mama adalah sosok yang luar biasa. Beliau merawat kami dengan hati & kasih. Tindakan-tindakan nyatanya dalam kehidupan sehari-hari menjadi panutanku & terekam erat di memori.   Kesederhanaan & kelembutannya mampu membuat kami semua mencintainya. Kami semua tidak rela bila mama sedih dan marah akibat kesalahan kami, ini membuat kami selalu hati-hati dalam bertindak dan memutuskan sesuatu. 

Kasih ibu sepanjang masa. Itulah kasih mamaku. Apabila ada reinkarnasi, saya mau tetap menjadi anaknya. Selamat beristirahat dengan tenang, mama. Semoga kita bisa bertemu kembali pada saatnya nanti. Saya akan selalu mencintaimu & merindukanmu.

Mama adalah segalanya bagiku. Beliau menjadi guru, teman & malaikat pelindung yang menjadi panutanku sehingga menjadi sekarang ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun