Setelah kapal merapat kembali ternyata kami disambut oleh hujan.
19 Juni 2018
Setelah sarapan kami diajak untuk mengunjungi Blue Mountain untuk melihat keindahan alam pegunungan. Disana kita juga bisa melihat keberadaan tiga formasi batu yang letaknya bersebelahan yang terkenal dengan nama The Three Sisters.Â
The Three Sisters menjadi salah satu legenda terkenal di wilayah ini. Â Ada dua versi legenda di balik keindahan The Three Sister yang menjadi bagian dari Blue Mountain.
Sejarah pertama menceritakan, batu kembar tiga itu mewakili tiga saudara perempuan yang berubah menjadi batu. Hal itu berdasarkan legenda suku Aborigin. Tiga saudara perempuan itu bernama Meehni, Wimlah dan Gunnedoo. Mereka tinggal di Lembah Jamison sebagai anggota dari suku Katoomba.
Wanita-wanita muda yang cantik itu telah jatuh cinta dengan tiga bersaudara dari suku Nepean, namun hukum adat melarang mereka untuk menikah. Pertempuran antar suku pun terjadi, untuk menghindari bahaya maka ketiga wanita itu dibawa ke sebuah dukun dan diubahnya menjadi batu. Namun naas, dukun itu terbunuh dan tak bisa mengembalikan ketiganya seperti semula.
Sementara legenda lainnya menyebutkan, Â Meenhi, Wimlah dan Gunnedoo memiliki seorang ayah yang berprofesi sebagai dukun bernama Tyawan. Setiap hari mereka mencari makan dan harus melewati sebuah gua yang dihuni Bunyip, yakni sebuah hewan buas dalam mitologi Aborigin digambarkan menyerupai serigala namun memiliki selaput di kakinya.
Tak ingin terjadi bahaya dengan anak-anaknya, maka Tyawan meninggalkan ketiganya di belakang tebing. Namun, suatu ketika ketiga putrinya berhadapan dengan Bunyip saat Meenhi menimpukkan batu ke arah kelabang tetapi mengenai Bunyip.
Niat hati melindungi anak-anaknya Tyawan pun mengubah ketiganya menjadi batu dengan dibantu kekuatan sihirnya. Akan tetapi, Ia kehilangan tongkat sihirnya saat akan mengembalikan ketiganya, sehingga mereka menjadi batu hingga saat ini.Â