Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... Freelancer - A freelancer

just ordinary person

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Studi Kasus UMKM Bubur Ayam di Lereng Gunung

11 Oktober 2024   09:50 Diperbarui: 11 Oktober 2024   09:56 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harga seporsi buburnya hanya 5 ribu Rupiah. Tapi, jika ingin membeli bubur minimalis (tanpa suiran ayam dan bumbu kari kuning) seharga 3 ribu Rupiah juga boleh. Oleh karena itu, dagangan Mang Alim laris manis. Sudah tak heran jika melihat para bocah cilik antri bubur ayam.

Mang Alim juga tak memiliki kompetitor sesama pedagang bubur ayam karena sulitnya berjualan keliling di area lereng gunung (harus menggunakan motor). Kompetitornya ialah penjual makanan jenis lain.

Omzet bubur ayam lebih stabil dibandingkan gorengan. Pangsa pasarnya lebih luas dibandingkan gorengan, misalnya bocah cilik, orang sakit, orang dewasa penggemar bubur, dll.

Jadi, kau ini tim bubur ayam diaduk atau tidak?

Aku sih tim bubur ayam tidak diaduk. Enak banget makan kerupuk yang crispy.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun