"Paman, aku lapar sekali. Aku sangat lapar."
   "Kau ingin makan apa? Pasti akan Paman sediakan segala hidangan yang kau suka."
   Fero menyusut linangan air matanya. Ia tersenyum begitu manis hingga hati Paman Derry terasa hangat. Ia berpikir tak salah ia bersusah payah untuk menghidupkan kembali sang keponakan.
   Pemandangan selanjutnya membuatku terperangah. Sungguh adegan horor pada cermin. Fero merogoh dada Paman Derry yang hanya bisa terpana tak percaya. Ia melahap jantung Paman Derry tanpa berkedip. Bahkan, ia tersenyum.
 Aku memejamkan mata. Tak tahan melihat kebiadaban sang bocah iblis. Tama pun duduk tak bergerak di pangkuanku. Bulunya berdiri semua hingga terasa menusuk kulitku.
  Melihat tingkah kami, si bocah iblis tertawa berderai. "Ray, aku sangat menyukaimu. Bagaimana jika kita hidup bersama? Kau boleh membawa hantu kucingmu."
 "Jangan bermimpi! Kau hanya ingin menyantap jantungku," seruku sembari berdesah.
 "Tsssk...Kau begitu paranoid. Pikirkan saja dulu penawaranku! Tapi, kau harus mengingat bahwa aku benci penolakan," ujar bocah iblis. Kemudian, ia menghilang dari cermin.
   Aku dan Tama saling berpandangan. Apa yang akan terjadi dengan nasib kami jika menolak permintaan bocah iblis?
***
  "HUHUHU!"