"Ray, wajahmu pucat sekali. Kau sakit?" Tanya Ranko sembari menyentuh dahiku yang tak panas sama sekali.
Untuk sejenak, aku menikmati keharuman tubuh Ranko yang beraroma wood dan citrus. Aku ingin tangan halus itu berlama-lama di dahiku.
"Ehem, Ranko. Ia tak sakit. Tapi, ia begadang main games Banana Kong," seru Tama, hantu kucingku yang suka menghancurkan suasana romantis. Memang hantu kucing jomblo seringkali menyebalkan.
Aku memberi kode dengan mataku pada Tama agar ia menghentikan laporannya. Tapi, ia berpura-pura tak melihat. Ia malah mendengus dengan gayanya yang khas.
 "Ray, bagaimana dengan persiapan ujian masuk Universitas-mu? Kau tak menelantarkan studimu, kan?" Selidik Ranko. Ia tampak curiga dengan karakterku yang santai.
"Tenang saja. Tama ini mentor yang luar biasa sadis. Aku tiap hari belajar keras hingga otakku mendidih jika tak ada tugas berburu hantu."
"Aneh sekali yang Tama kisahkan padaku. Malam tadi Jurnal Hantu-mu diantarkan oleh Tuyul?" Tanya Ranko.
"Bukan sembarang Tuyul. Ia Tuyul Hitam yang dipiara oleh dukun," seru Tama.
"Ah, bukankah Ray pernah mengisahkan dulu kalian gagal menangkap Tuyul Hitam?"
Aku dan Tama menggangguk serempak.