"Raaay! RAAAAY! Kemarilah!"
Tiba-tiba di jendela tampaklah seorang tuyul. Wajahnya yang kekanak-kanakkan tampak sangat tua dan letih. Ia tampak terluka parah. Di setiap luka menganga pada tubuhnya tampak kepulan asap.
"Aku ingin mengembalikan Jurnal Hantu. Sebaiknya Jurnal Hantu ini berada di tangan sang pewaris," ujar Tuyul Hitam.
"Terima kasih banyak. Tapi aku tak mengerti mengapa Jurnal Hantu ini berada pada dirimu?"
Tuyul Hitam meringis kesakitan hingga membuat diriku turut merasa sakit. "Maaf, aku yang mencuri Jurnal Hantu itu untuk Tuan Majikan. Tapi Tuan Majikan meneteskan darah segarnya pada Jurnal Hantu sehingga ia tewas!"
"Siapa Tuan Majikan-mu?" Tanya Tama dengan berwibawa. Hantu kucing ini berada di sampingku.
Tuyul Hitam terkulai lemas. "A...aku tak bisa mengatakannya. Lidahku tiba-tiba kelu. Ini pasti pengaruh Dia."
"Dia siapa?"
Mata Tuyul Hitam meredup seperti lampu yang akan mati. Dengan susah payah, ia berbisik, "Berhati-hatilah! Dia akan datang! Tolong balaskan dendam Tuan Majikan-ku"
Tuyul Hitam pun lenyap menjadi onggokan debu. Ia melebur dengan angin malam.
Aku dan Tama berpandangan dengan bingung. Siapa yang ia maksudkan dengan Dia?