Bocah iblis terkekeh. "Aku sungguh iri pada Tuan Majikan-mu. Ia begitu dicintai. Bagaimana jika aku menjadi Tuan Majikan-mu yang baru?"
  "Dasar iblis hina! Kau telah membunuh manusia yang paling aku cintai. Mana sudi aku menjadi budakmu. Jangan bermimpi! CUAAAAAH!!!" Kata Tuyul Hitam sembari meludahi wajah iblis yang dibencinya.
 Wajah bocah iblis yang tampan itu mengerut. Ia tampak sangat mengerikan dengan benjolan-benjolan bernanah di sekujur tubuhnya. Ketika pecah, benjolan itu menyemprotkan darah hitam yang menyembur ke arah Tuyul Hitam.
  Tuyul Hitam melolong kesakitan begitu darah hitam sang bocah iblis mengenai dirinya. Ia melirik Jurnal Hantu yang berada di atas buffet. Secepat kilat ia meraihnya dan melarikan dirinya.
***
"Raaay! RAAAAY!"
  Aku terbangun. Kulirik jam dinding yang menunjukkan jam 2 malam. Rasanya ada yang memanggilku.
"Raaay! RAAAAY!"
Benar! Ada yang memanggilku. "Tama, kaukah yang memanggilku?"
Tama, hantu kucing kesayanganku, menampakkan diri dari balik selimut di tempat tidurku. "Bukan. Aku tidur bersamamu sejak tengah malam."
Aku menghampiri arah suara yang memanggilku. Sepertinya, ia berada di luar rumah. Ah, sejak kapan jendela kamar tidurku ini terbuka. Angin malam meniup hordenku yang berwarna seputih salju hingga melambai-lambai seperti tangan-tangan yang membelai pipiku. Sungguh adegan klise ala film horor.