Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... Freelancer - A freelancer

just ordinary person

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Jurnal Hantu, Bab 33 - Dia

27 September 2024   17:35 Diperbarui: 27 September 2024   17:47 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pixabay.com.

    Dengan tatapan nanar, Pak Romi melihat jantungnya yang berlumuran darah melayang keluar dari rongga dadanya. Sekarang jantungnya berada dalam genggaman tangan mungil si bocah iblis. Beginikah rasanya mati tidak, hidup pun tidak.

 Tuyul Hitam tak tahan lagi. Persetan dengan keselamatan dirinya. Sekarang atau tak akan pernah. Dari bagian bawah tempat tidur, ia menerjang hingga tempat tidur tersebut terbalik. Sepasang matanya yang renta, mencari-cari majikannya yang telungkup di lantai. Ia langsung memeluk tubuh sang majikan.

   "Tuan Majikan, kau tak apa-apa, kan?" Tanya Tuyul Hitam dengan suara parau. Ia menangkup wajah Pak Romi yang bermimik ketakutan. Matanya melotot. Tuyul Hitam menjerit sedih ketika ia menyadari rongga dada Pak Romi tak berjantung. Ia menoleh ke arah anak iblis yang sedang rakus memakan jantung Pak Romi. "Mengapa kau lakukan itu? Mengapa kau membunuh Tuan Majikan-ku."

     Bocah iblis itu tersenyum dengan mulut mungil yang belepotan darah. "Perlukah kau menanyakan pertanyaan dungu seperti itu? Sudah jelas aku sangat kelaparan setelah terkurung sekian lama di dalam Jurnal Hantu. Tuan Majikan-mu sendiri yang mencari masalah. Ia meneteskan darah ke dalam Jurnal Hantu pada diriku yang kelaparan. Darah Tuan Majikan-mu membuatku merasa jauh lebih lapar. Aku sangat tersiksa. Untung saja, dengan darah Tuan Majikan-mu segelku terlepas dan aku bisa melepaskan diri dari Jurnal Hantu.  

 "Jangan mencari pembenaran atas perbuatan jahatmu! Tetap saja kau tak perlu membunuh Tuan Majikan. Kau bisa mencari korban lain."

   "Kau menggelikan. Pantas saja kau betah diperbudak manusia selama puluhan tahun. Untuk apa aku mencari korban lain jika sudah ada korban yang tersedia di hadapanku," sahut bocah iblis dengan santai. Ia menjilati jari jemarinya dengan rakus. "Aku masih lapar. Jantung Tuan Majikan-mu hanya seperti cemilan bagiku."

   "Kau keji sekali."

  "Jangan munafik! Aku tahu kau juga menumbalkan manusia. Jadi, apa bedanya kau dan aku? Kita hanya menuruti insting berburu alami kita."

   Tuyul Hitam tersedu sedan. Ia menciumi wajah Pak Romi penuh kasih sayang.

  "Sudahlah! Tak perlu kau bersedih. Ia juga bukan manusia yang baik hati. Seharusnya kau berterimakasih padaku yang telah memutuskan ikatan perbudakanmu. Sambutlah hari-hari cerahmu! Pergunakan kebebasanmu sebaik mungkin! Aku saja sangat merindukan kebebasanku selama terkurung di dalam jurnal mengerikan itu. Begitu membosankan terperangkap di sana."

   "Apa yang baik menurutmu bukan berarti baik bagiku. Aku sangat bahagia bersama Tuan Majikan. TAPI KAU MERUSAK SEGALANYA. PADAHAL KAMI SUDAH BAHAGIA BERSAMA."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun