Pak Romi tertegun. Jantungnya berdebar kencang. Seberkas perasaan sayang yang aneh meliputi hati Pak Romi yang biasanya sedingin es. Ia sungguh terpikat dengan mata hangat berbentuk almond itu. "Iya, Nak. Aku akan menjadi ayahmu."
  Bocah cilik tersebut mengangkat kedua tangan mungilnya minta digendong. Refleks Pak Romi mengangkatnya. Bahkan, ia menyanyikan lagu Lullaby untuk menidurkannya. Sepanjang mimpi itu, Pak Romi hanya melakukan hal tersebut. Ia menikmati langkah demi langkahnya ketika menidurkan bocah tampan tersebut.
  Tiba-tiba latar kamar tidur pun berubah dalam sekejap menjadi taman cantik yang diterangi sinar rembulan. Di tengah taman terdapat gazebo dan air mancur. Ketika ia menatap kembali bocah cilik tersebut, bocah tampan tersebut berubah menjadi bocah berkulit semerah darah. Di kepalanya terdapat tanduk kecil. Ia membuka matanya yang berwarna emas dan menyeringai memperlihatkan gigi taringnya.
Pak Romi belum pernah merasa setakut ini. Ia hendak melempar bocah iblis tersebut. Tapi, bocah iblis tersebut mencengkeram bahunya sekuat mungkin. Ia ingin berteriak sekeras mungkin, tapi tak ada satu patah kata pun yang bisa ia keluarkan.
KIKIKIKIKIKIK! KIKIKIKIKIK!
Ayah, masa kau tega membuang anakmu?
Kau sudah memberikan darahmu untukku.
Tapi...
Aku masih LAAAAPAAAAR!!!
APA LAGI YANG BISA AYAH BERIKAN PADAKU?
AKU SANGAT LAPAR!