Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... Freelancer - A freelancer

Penulis Cerpen "Astaga! KKN di Desa Legok" dalam buku KKN Creator (2024).

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Jurnal Hantu, Bab 32 - Dandelion

26 September 2024   18:04 Diperbarui: 26 September 2024   18:07 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pixabay.com.

"Ranko, apa yang kau lakukan? Mana mungkin Jurnal Hantu ada di dalam tanah," ujarku dengan nada malas. Aku lelah lahir dan batin mencari Jurnal Hantu yang sudah menghilang seperti hantu. Aku belum berani untuk memberitahu Kakek Fandi mengenai hilangnya Jurnal Hantu yang merupakan warisan berharga. Aku yakin Kakek Fandi pasti marah besar dan memotong honorku. Padahal aku sedang mengumpulkan uang untuk membeli laptop baru.

      Ranko tampak sedang mengais-ais rumput. Dengan seruan kemenangan, ia menunjukkan hasil temuannya. "Akhirnya, aku menemukan 2 tangkai bunga dandelion. Tanamannya tertutup rumput ilalang. Kau malas sekali merapikan kebunmu yang sudah seperti hutan belantara. Aku tak heran jika ada keluarga ular yang bersembunyi."

     Aku tak menghiraukan celotehan Ranko. Ia memang cerewet akan kerapian dan kebersihan. Dua hal yang kurasa bukan merupakan bakatku. Aku menghela napas mendengar rentetan omelan Ranko.

  "Jangan mengandalkan Teh Ira, pembantu rumah tanggamu yang sudah tua! Dan jangan senyum terus jika kunasehati!" Hardik Ranko.

    Aku menyeringai. "Aku penganut paham demokrasi. Jadi, aku membiarkan tanaman tumbuh sekehendak hati mereka."

   Ranko menjulurkan lidah. Ia tampak begitu imut dengan tshirt biru langit dan celana pendek putih. "Kau seharusnya me-reset otakmu. Tahu tidak? Kau ini semalas kukang."

   Tanpa mempedulikan kalimatnya yang sepedas BonCabe level 30, aku duduk dengan santai di atas sebatang pohon pinus yang tumbang. Ranko menjulurkan setangkai bunga dandelion. Aku menatapnya dengan alis terangkat. "Untuk apa? Kau ingin aku menyelipkan bunga dandelion ke belakang telingaku seperti orang Hawaii? Atau, kau ingin aku membuatkan rangkaian mahkota bunga untukmu?" Kemudian, aku pura-pura terperanjat sembari bergaya centil dengan menirukan pose aigyuu (imut) JKT 48. "Ah, kau ingin melamarku dengan setangkai bunga dandelion? Aku menuntut mas kawin berupa rumah dan mobil. Juga tabungan ratusan juta Rupiah."

   Ranko menghentak-hentakkan kaki kanannya dengan tak sabar. "Sudah cukup halusinasinya?"

   Aku terkekeh melihat Ranko yang berusaha menutupi salah tingkahnya. Pipi Ranko yang merona apel mengkhianati tingkahnya yang pura-pura tak peduli saat kugoda. Aku sangat menyukai gaya rambut Ranko yang memakai poni. Ia persis boneka Jepang berkimono milik ibuku.

    "Ray, serius dong!" Gerutu Ranko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun