Mahkluk kegelapan terkurunglah kau di sini.
Abadilah dalam keheningan.
Irma pun terperangkap dalam Jurnal Hantu. Kedua tangannya mencakar halaman Jurnal Hantu dengan sia-sia.
   Hampir saja Jurnal Hantu jatuh ke tangan hantu. Aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika Irma menguasai Jurnal Hantu. Pasti ia ingin memusnahkan Jurnal Hantu tersebut. Aku pun segera mengamankan Jurnal Hantu ke dalam saku celana panjangku.
     Aku tersipu malu ketika Ranko memelukku dan membisikkan kata maaf. Melihat adegan itu, Tama mendeham-deham dengan menyebalkan.
Tanpa sepengetahuan siapa pun, sang Tuyul Hitam suruhan Pak Romi, mengintip dari balik dedaunan. Ia bersembunyi di atas pohon rambutan. Bagaimana ia bisa merebut Jurnal Hantu? Sulit sekali menunggu kesempatan emas untuk mengambil Jurnal Hantu secara diam-diam. Selalu saja ada Tama, hantu kucing, yang setia mendampingi Ray.
***
Keesokan hari
     "Tama, Ranko, celaka!" Sahutku panik.
   "Ada apa?" Tanya Tama dengan nada datar. Ia sudah terlalu terbiasa dengan sifatku yang ceroboh dan serampangan. Dengan santai, ia menjilati kaki kanan depannya yang penuh dengan remahan sakana katsu, yaitu ikan lapis tepung panir.
     Aku meneguk ludah dengan susah payah. "Jurnal Hantu hilang."