"Hentikan membentur-benturkan kepala Ranko ke lantai!" Seruku panik pada jin ular dalam diri Ranko. Seruanku hanya dibalas desisan.
Walaupun Tuan Kamizawa dan Pak Rangga masing-masing memegang kaki dan tangan Ranko yang terikat tali rafia, mereka gagal membuat Ranko tak bergerak. Ranko terus meliuk-liuk. Bahkan, ia berguling-guling begitu cepat hingga tali rafia yang mengikat tangan dan kakinya terputus. Mulut Ranko berbusa campur darah segar.
Makhluk kegelapan kembalilah ke asalmu.
Aku membebaskanmu dari perjanjian terkutuk.
Mahkluk kegelapan terkurunglah kau di sini.
Abadilah dalam keheningan.
   Aku mengeluh. Mengapa mantera pengusir hantunya tak bekerja? Jin ular tak terperangkap dalam Jurnal Hantu seperti biasanya. Ini persis saat berburu Kunti Merah yang kekuatan mistisnya sangat kuat.
      Kini Ranko berdiri di hadapanku. Ia menyeringai. "Ray, kau tak mengerti. Aku dan Ranko adalah satu kesatuan. Aku adalah Ranko. Dan Ranko adalah aku."
Kalimat si jin ular membuatku termenung. Mungkin jin ular ini sulit diperangkap dalam Jurnal Hantu karena ia merasuki Ranko. Aku harus membuat jin ular ini keluar dari tubuhnya Ranko terlebih dahulu. Jin berasal dari api. Ular takut api. Seharusnya, aku membawa obor api suci milik Kakek yang sangat ditakuti hantu. Akankah jin ular takut pada api biasa? Tak ada salahnya mencoba. Tangan kananku menggenggam sigaret yang baru saja kukeluarkan dari saku celana panjangku.
    "Anak muda, kau ingin menghalauku hanya dengan api sekecil itu?" Seru Ranko. Ia terkekeh meremehkan.