"Wassalamualaikum." Ustaz Saleh membukakan pintu dan mempersilakan kami masuk ke dalam rumahnya. Ia berjalan tertatih-tatih dengan bantuan tongkat.
"Ustaz, sakit apa? Mengapa memakai tongkat?" Tanya Ranko.
"Entahlah. Bapak sudah diperiksa dokter beberapa kali, tapi tidak ditemukan penyakit apa pun. Kaki Bapak terasa sangat lemah dan sakit. Awalnya, malah Bapak hanya bisa rebahan selama dua minggu," jawab Ustaz Saleh. "Oh ya, kalian senang kopi susu kan?"
Ustaz Saleh berteriak ke istrinya, "Ma, tolong buat 2 gelas kopi susu untuk tamu kita."
"Tak perlu repot-repot, Ustaz. Maksud kedatangan kami ke sini untuk berterimakasih pada Ustaz atas bantuan Ustaz mengenai anak kucing yang kerasukan," ucapku.
"Ah, itu bantuan tak seberapa. Tapi Bapak mohon maaf. Kedua anak kucing, Lady dan Diana, lenyap. Sedangkan Mischa dirawat oleh Dyah, anak perempuan Bu Irma."
"Lenyap bagaimana?" Tanya Ranko.
"Ketiga anak kucing itu kan Bapak titipkan ke Bu Irma. Seminggu setelah dititipkan, Lady dan Diana melarikan diri. Pak Rio, penunggu pemakaman umum mengaku melihat Lady dan Diana bermain di dekat rumpun bambu. Ia berpikir untuk mengembalikan Lady dan Diana keesokan harinya karena hari menjelang malam. Mereka kan hanya bisa merangkak sehingga tak akan bisa berjalan jauh. Tapi esok harinya, ternyata mereka menghilang begitu saja. Bapak juga sempat mencari mereka, tapi nihil."
"Lady dan Diana tidak bisa berjalan normal. Mengapa mereka bisa ada di sana?" Tanya Ranko.
"Letak pemakaman umum tepat berada di sebelah shelter. Mungkin mereka merangkak melalui pintu pagar belakang rumah Bu Irma yang rusak."
"Ustaz, kami juga ngin berterimakasih secara langsung pada Bu Irma," ujarku.