Aku menoleh. Ternyata Nenek Dian yang menjerit.
Sejenak gadis itu terdiam. Tapi, ia tetap berusaha menggigitku. Maka, aku pun mengucapkan mantera pengusir hantu dalam hati.
Makhluk kegelapan kembalilah ke asalmu.
Aku membebaskanmu dari perjanjian terkutuk.
Mahkluk kegelapan terkurunglah kau di sini.
Abadilah dalam keheningan.
Kunti itu terbelalak menatapku. Ia tampak sangat murka. Tapi, mengapa tidak ada yang terjadi? Mengapa ia tidak terperangkap dalam Jurnal Hantu? Aku ingin menepok jidatku. Jurnal Hantu-nya ada di saku jaketku yang tergantung di belakang pintu kamarku.
"Laksmi, hentikan! Jangan kau siksa pemuda itu. Ia sahabat Ranko, cucuku. Ranko cucumu juga," kata Nenek Dian panik.
HIHIHI.
HIHIHI.
Sembari cekikikan tanpa henti, kunti itu mengguncang-guncangkan tubuhku. Kuku-kuku tangannya menggores wajahku. Ia berusaha meraih leherku dan hendak membengkokkannya.