Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... Freelancer - A freelancer

just ordinary person

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Jurnal Hantu, Bab 13 - Kunti Putih Bagian 1

17 September 2024   23:29 Diperbarui: 17 September 2024   23:38 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kunti penjelmaan bebek tersebut terbang santai berputar-putar di atas kepalaku seolah merayakan kemenangannya. Kemudian, ia terbang menjauh ke sebrang sawah yang merupakan hutan dan lenyap. Secepat datangnya secepat itu pula ia pergi.

"DASAR BEBEK LAKNAT. KOTOR SEMUA BAJUKU," geramku. Amarah membuatku jatuh tergelincir kembali ketika berusaha keluar dari sawah. "Ranko. Tama. Sudah. Jangan tertawa terus. Bantu aku keluar dari kubangan lumpur ini. Kuperingatkan kalian. Jangan tertawa di atas penderitaanku!"

Ranko membantuku berdiri sembari terkekeh. "Aku tak habis pikir. Ternyata tipe ideal kunti ialah pemuda sepertimu. Memang kunti di desa nenekku senang mengganggu orang yang bukan penduduk setempat. Tapi, baru kau temanku yang dikejar oleh bebek itu. Si Rio, Dani, dan teman-teman lain yang pernah berlibur ke rumah nenekku, tidak ada yang dikejar oleh bebek itu. Memang ketampananmu menggugah sanubari terdalam perempuan, termasuk kunti bebek. HAHAHA."

"Sekali lagi kau membahas masalah ini, aku ceburkan juga kau ke sawah," ancamku dengan wajah tertekuk. Tapi, Ranko malah terpingkal. Ia baru kehilangan tawanya ketika aku menarik tangannya hingga Ranko juga jatuh berdebam ke dalam kubangan lumpur.

"TAMA, RAY JAHAT. MASA AKU DITARIK HINGGA JATUH KE LUMPUR?" ujar Ranko mengadu pada hantu kucing kesayangannya. Mana yang akan Tama bela, Ray si majikan atau Ranko si teman kesayangan?

Tama, si hantu kucing cerdik, mengambil jalan diplomatis. "Ayo, anak-anak, segera bangkit. Kalian memang masih sangat muda. Tapi, terlampau muda untuk bermain lumpur. Ingatlah segala virus, bakteri, jamur yang ada di dalam lumpur."

Seperti yang diduga Tama, tak ada seorang pun yang mengindahkan peringatannya. Aku dan Ranko asyik perang lumpur. Wajah kami berdua penuh coreng moreng lumpur ala pasukan Vietnam di hutan gerilya.

Kami tidak mengetahui ada sepasang mata yang sebulat bola tenis mengintai dari balik dedaunan. Siapakah ia?

----

*Kisah ini dibuat berdasarkan kisah nyata teman adikku yang sedang berlibur ke suatu desa di daerah Kuningan, Jawa Barat. Ciri khas bebek yang merupakan penjelmaan kunti ialah pandai terbang dan hinggap ke cabang pohon yang tinggi. Kadang-kadang bebeknya juga bisa menyeringai seolah tersenyum.

Jika ada bebek yang sedang tersenyum pada dirimu, berhati-hatilah. Mungkin bebek itu penjelmaan Miss Kunti yang tertarik menggoda dirimu!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun