Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... Freelancer - A freelancer

just ordinary person

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Jurnal Hantu, Bab 5 - Genderuwo Kasmaran

16 September 2024   16:58 Diperbarui: 20 September 2024   10:26 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ya?"

"Karena aku merasakan sensasi berhubungan badan yang luar biasa jika bersama genderuwo itu. Sedangkan Pak Hasan, suamiku, sudah menginjak kepala delapan. Kau mengerti kan maksudku?"

Sekarang giliranku yang tersipu malu. Tama mendesis senang melihatku salah tingkah.

"Selain itu, aku pernah melihat sosok asli genderuwo itu melalui pantulan cermin. Aku hampir pingsan melihat diriku dipeluk sosok hitam berbulu tebal. Aku takut sekali," isak Bu Hasan. "Aku tak berani menceritakan hal ini ke suamiku yang penakut. Ia pasti merasa ngeri memiliki istri yang disukai genderuwo."

"Baikah, Kak. Aku akan berusaha sebaik mungkin."

***
Seperti lakon drama, aku pun pamit pulang dan meninggalkan rumah pendopo tersebut. Aku bersembunyi di balik semak rimbun dekat pagar rumah selama  tiga jam hingga sekujur tubuhku gatal-gatal karena serangan nyamuk. Duh, mencari uang saja hingga seperti ini sengsaranya!

Tiba-tiba telinga Tama tegak. Aku pun mengintip. Tampak ada asap kecil yang berlari dari pintu pagar rumah. Bahkan, asap tersebut melewati tempat persembunyianku. Ketika mencapai pintu depan rumah, asap tersebut menggasing hebat. Semakin lama asap tersebut semakin besar dan membentuk gumpalan berwujud sosok manusia. Sosok itu persis seperti pria berusia 80 tahun. Genderuwo sudah datang!

Sang genderuwo memasuki rumah dengan santai. Dengan diiringi Tama, aku bergegas menuju rumah Bu Hasan. Tampak genderuwo tersebut sedang memeluk Bu Hasan yang tersenyum manis. Jika tidak melihat pandangan mata Bu Hasan yang kosong, pasti adegan tersebut dianggap normal.

Aku langsung memerciki genderuwo tersebut dengan air doa. Genderuwo itu melepaskan Bu Hasan dari pelukannya. Matanya merah membara. Ia memukul-mukulkan kedua tangannya pada dadanya yang berbulu sembari menggeram marah. Kemudian, ia menerjang dan mencekikku sekuat tenaga. Kedua tanganku berusaha menahan cengkeraman baja genderuwo.

"Ta...Tama, tolonglah aku! Ambilkan buku berjudul Jurnal Hantu di tas pinggangku. Aku tak bisa meraihnya."

Tama mendengkur di sisiku, "Bayarannya 5 ikan salmon."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun