Aki Nanang hanya menyeringai malu. Tingkahnya persis remaja pria tingting. Sekarang ia baru sadar seluruh lampu sorot mengenai dirinya. Ah, malu! Ini gara-gara Nyai dan kekasih berondongnya. Ia jadi esmosi...eh...emosi.
      "NYAI, JAWABANNYA GIMANA? KITA TAK BISA MENUNGGU TERUS. JALANAN BERHENTI AKIBAT CINTA SEGITIGA KALIAN," Teriak Pak Sukma yang  hendak mengantarkan panen jagungnya ke Pasar Induk. Colt buntungnya berada tepat di belakang sedan cantik Aki Nanang.
      "I KNOW AKI NANANG CINTA AKU. TAPI, AKU HANYA MENCINTAI ALANG. LAGIAN AKI KAN ISTRINYA SUDAH EMPAT," Teriak Nyai tak kalah lantang.Â
      Penolakan cinta Nyai sungguh membuat pilu hati Aki Nanang. Tapi, ia berusaha tampil setegar Tembok Raksasa China. Aki Nanang pun memakai kacamata hitamnya dan segera berlalu setelah memutuskan buntut sedan mewahnya. Bagi Aki Nanang, patah satu hilang berganti. Masih banyak kembang desa yang menanti dirinya. Biarlah cinta pertama ini terpatri di hati.
      Seruan cinta Nyai membuat Alang senang, tapi Alang tak sanggup mengatasi hal ini. Siapa yang tak mengenal Aki Nanang di Desa Manten ini? Ia orang kaya yang berpengaruh. Alang tak akan menang melawannya dan para suruhannya yang merupakan jawara Desa Manten. Alang memang mencintai Nyai, tapi ia jauh lebih mencintai dirinya sendiri.
      Alang sungguh membenci dirinya sendiri. Terbersit perasaan sedih ketika ia harus mengucapkan kalimat ini, "Maaf, Nyai. Lebih baik kita putus. Aki Nanang benar. Aku hanya seorang pemuda penggangguran. Nyai layak memperoleh pria mapan yang jauh lebih dewasa dan baik dariku."
      Nyai hanya bisa ternganga. Oh My God. A real calamity (bencana nyata). Kandaslah cintaku gara-gara Aki Nanang. Memang mantan itu selalu saja meresahkan dan membuat kacau semesta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H