"Ini siapa, ya?"
      "Ini Amri, pengurus Masjid Nur. Maaf mengganggu. Amri hanya menyampaikan amanat Ustaz Fathul. Toa yang Aki pinjam hendak dipakai untuk acara saresehan jam setengah delapan malam ini. Amri hanya mengingatkan. Khawatir Aki lupa."
      "Yah, Amri. Kamu ganggu konsentrasi saya saja. Saya lagi seru-serunya ini mengejar cinta. Tanggung banget. Mumpung banyak pendukung kisah CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali). Nanti pasti saya kembalikan toanya sebelum Magrib."
      "Baiklah, Aki. Amri dan segenap pengurus Masjid Nur selalu mendoakan yang terbaik untuk Aki Nanang. Semoga Aki memperoleh jodoh yang sholehah."
      "Amin," jawab Aki Nanang.Â
      Percakapan Aki Nanang dan Amri pun memancing gelak tawa orang sekitar yang ikut kepo mendengarkan. Rupanya, Aki Nanang ini meminjam toa masjid yang spektakuler. Memang kakek yang satu ini penuh persiapan matang nan cermat.
      "Aki modal dong! Masa pinjam toa Masjid?" Goda seorang Bapak berkemeja ungu spidol sembari mengedipkan mata kanannya.
      "Jangan-jangan toa ini bakal menjadi barang keramat. Berjasa bukan hanya dalam bidang agama, tapi juga cinta," komentar Salim, pemuda gondrong yang merasa dirinya pecundang. Mengapa ia yang masih muda tak pernah terpikir memburu mantannya seperti Aki Nanang? Mengapa ia tak memiliki kenekatan dalam cinta? Padahal Salim belum bisa melupakan Atin.
      "Atau, Aki bakal membeli toa masjid itu untuk menjadi mas kawin Nyai? Mantap tuh untuk kenang-kenangan," sambung Iwan dengan ekspresi selugu marmut.
      "Iwan dungu. Haram dong. Toa masjid ya tempatnya di masjid. Lebih amanah," tukas Udin.
      "Kan bisa saja Aki membeli toa baru untuk masjid. Dan toa ini disimpan untuk kenang-kenangan cinta bersejarah abad ini," komentar Iwan tak mau kalah.