Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... Freelancer - A freelancer

Penulis Cerpen "Astaga! KKN di Desa Legok" dalam buku KKN Creator (2024).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ancaman Nuklir di Semenanjung Korea

30 Agustus 2024   11:47 Diperbarui: 30 Agustus 2024   12:24 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pixabay.com.

Eun Hye berdiri mematung di atas bukit di Pulau Jeju. Ujung hanboknya yang berbordir benang perak melambai tertiup angin. Begitu pun pita merah muda cantik yang menghias kepang rambutnya. Pita antik itu merupakan warisan dari Halmeoni (neneknya).  Ia memandang cakrawala dan berbisik pada dirinya sendiri, "Apakah kami akan tetap hidup dalam kedamaian? Bagaimana dengan keselamatan keluargaku? Aku tak bisa membenci Korea Utara karena Halmeoni merupakan imigran dari Korea Utara. Tapi, aku tak mau negaraku dikuasai Korea Utara yang diktator."

            Kekhawatiran Eun Hye beralasan. Korea Selatan menerapkan denuklirisasi sejak tahun 1970. Sementara Korea Utara mengembangkan senjata nuklir sejak tahun 1952 dengan mendirikan Atomic Research Institute yang merupakan program nuklir nasional. Kim Jong Un bersikeras untuk mengembangkan nuklir sehingga merupakan ancaman di Semenanjung Korea.

Sumber gambar: pixabay.com.
Sumber gambar: pixabay.com.

            Eun Hye teringat tentang kisah sedih sang Halmeoni. Handae, saranghaneun halmeoni-ga isseosseoyo (Ini tentang nenek tercinta).

            "Karena deretan perbukitan menyelang-nyelingi Semenanjung Korea, Korea dikenal oleh turis Eropa sebagai 'laut di tengah-tengah angin ribut.' Korea Utara didominasi oleh gunung dan dataran tinggi. Rangkaian pegunungan Baekdu Daegan sangat indah. Lembah-lembahnya sangat dalam dan sempit."

            "Halmeoni tinggal di gunung Baekdu?" Tanya Eun Hye yang baru berusia 7 tahun saat Halmeoni mengisahkan masa mudanya.

Sumber gambar: goodnewsfromindonesia.com.
Sumber gambar: goodnewsfromindonesia.com.

            "Tepatnya, Halmeoni tinggal di dataran tinggi Gaema. Rumah keluarga Halmeoni sangat sederhana. Saat musim panas, bunga-bunga mongnan (Korean mountain magnolia) bertebaran di lembah. Tertiup angin, kelopak bunga bergerak-gerak bagaikan tarian peri. Tapi..."

            "Tapi apa?"

            "Tapi, masa muda Halmeoni sangat sulit. Berkat menang perang melawan Uni Soviet, Jepang menguasai Korea sejak tahun 1905. Karena Jepang kalah Perang Dunia II pada tahun 1945, Korea pun dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian Utara diatur oleh Uni Soviet. Sementara bagian Selatan diatur oleh Amerika Serikat. Pada tahun 1948 Kim Il Sung menjadi presiden pertama Republik Rakyat Demokratik Korea. Ia diktator proletariat yang menganut paham Stalinis. Halmeoni benci sistem chulsin songbun (asal usul keluarga) yang merupakan campuran unsur Konfusianisme tradisional Jepang dan komunisme."

            "Chulsin songbun?"

            "Sistem kasta yang terdiri atas 3 kategori utama, yaitu Haeksim (loyalis), Choktae (musuh), dan Dongyo (menengah). Kelompok Haeksim tinggal di Pyongyang dan memiliki segala priviledge. Sementara keluarga Halmeoni merupakan Choktae sehingga kami selalu diawasi."

            "Pantas Halmeoni melarikan diri ke sini."

            "Ketika orangtua Halmeoni meninggal dunia, bersama beberapa tetangga Halmeoni menyelinap melalui Zona Demiliterisasi Korea. Termasuk Saranghe Oppa Song Im, kekasih tercinta Halmeoni." Dengan suara parau, Halmeoni melanjutkan, "Hanya Halmeoni yang berhasil. Saat itu Halmeoni berusia 17 tahun."

            "Yang lainnya?"

            "Tertangkap tentara Rakyat Korea (tentara Korea Utara) dan biasanya dikembalikan ke daerah asal. Tentu dengan hukuman dan pengawasan lebih ketat."

            "Halmeoni pasti sedih."

            Halmeoni tersenyum. "Halmeoni tak pernah melupakan jasa mereka. Sewaktu Halmeoni hendak tertangkap, Oppa mengelabui beberapa tentara Rakyat Korea."

            "Halmeoni pernah menghubungi mereka?"

            Halmeoni menggelengkan kepala, "Mana mungkin. Tak berapa lama setelah Halmeoni tinggal di Korea Selatan, pecah Perang Korea (25 Juni 1950-27 Juli 1953). Korea Selatan dibantu AS dan sekutu PBB seperti Kanada, Uni Eropa, dan Jepang. Sementara Korea Utara dibantu China dan Uni Soviet."

            "Siapa yang menang perang?"

            "Tak ada. Kedua pihak setuju untuk gencatan senjata pada tahun 1953."

            "Berarti berdamai?"

            "Tidak. Secara teknis Korea Utara dan Korea Selatan masih berperang.  Tak pernah ada penandatangan perjanjian perdamaian."

            Eun Hye kecil pun menangis. Ia memeluk erat Halmeoni. "Aku takut perang. Aku takut perang nuklir seperti film Hiroshima yang kutonton minggu lalu."

            Halmeoni mengusap lembut rambut Eun Hye. "Da jal doel geoya (semua akan baik-baik saja). Tuhan pasti melindungi kita. Dunia pun tak akan tinggal diam. Suatu saat perdamaian sejati akan tercapai di Semenanjung Korea."

            "Padahal Korea Utara dan Korea Selatan sama-sama menyantap kimchi. Kata Halmeoni, mereka juga berbahasa Korea walaupun aksennya agak berbeda. Mengapa kita harus berperang? Apalagi memakai nuklir? Aku benci nuklir."

            "Ketika kau dewasa, kau pasti akan jauh lebih mengerti. Yang berbahaya bukan nuklir, tapi niat sang penguasa yang menggunakan nuklir. Nuklir bisa bermanfaat sebagai sumber energi (PLTN) dan ilmu kedokteran. Tapi, nuklir juga bisa berbahaya sebagai senjata perang."

***

            Karena menganut ideologi Juche (percaya dan bergantung pada kekuatan sendiri), Korea Utara sangat tertutup dengan dunia luar. Mitra utama perdagangan ialah China yang mengekspor emas, perak, dll dari Korea Utara. Sementara Korea Utara mengimport bahan makanan dari China. Dengan mengekspor senjata nuklir, yaitu ke Rusia dan beberapa negara di Afrika, Korea Utara memperoleh devisa. Korea Utara lebih mengutamakan anggaran militer dibandingkan kesejahteraan masyarakat sehingga masyarakat Korea Utara banyak yang menderita kelaparan. Kelaparan juga disebabkan oleh embargo ekonomi terhadap Korea Utara karena Korea Utara bersikeras mengembangkan program nuklir.

            Korea Utara menerapkan ekonomi terpusat di Pyongyang. Kelompok Haeksim, pendukung setia Kim Jong Un, tinggal di Pyongyang. Sementara kelompok Choktae (musuh) dan Dongyo (kelompok menengah yang masih diragukan kesetiaannya terhadap rezim Kim Jong Un) tidak diperkenankan tinggal di Pyongyang. Hal tersebut merupakan strategi rezim Kim Jong Un untuk mengamankan diri dengan meminimalisir adanya pengkhianatan. Tapi, hal itu merupakan kelemahan tata negara. Dengan perbedaan kasta, terciptalah kecemburuan sosial di masyarakat Korea Utara yang dapat memicu niat memberontak. Misalnya, kudeta dan mengepung Pyongyang. Walaupun demikian, hal tersebut sangat berisiko akibat strategi pengawasan terhadap masyarakat oleh rezim komunis Kim Jong Un. Dalam sistem komunisme, kekuatan bersenjata dan mata-mata diimplementasikan semaksimal mungkin untuk mencegah keruntuhan rezim. Jangankan hal sensitif seperti terlibat pemberontakan internal, menonton dan membagikan film K-Drama produksi Korea Selatan saja, warga Korea Utara terancam hukuman penjara 10 tahun dan 1 tahun kerja paksa.

            Korea Selatan terkenal dengan seninya. Branding strategy Korea Selatan sangat memukau. K-Drama, K-Pop, dan K-Idol merupakan taktik pemasaran pariwisata dan perkenalan budaya Korea Selatan yang mendatangkan devisa dengan adanya kunjungan turis asing, penjualan merchandise, baju, produk kuliner, dll. Bahkan, film "My ID is Gangnam Beauty" mempromosikan bedah plastik Korea Selatan. Siapa yang tak kenal dengan kepopuleran film K-Drama seperti Extraordinary Attorney Woo, Autumn in Love, Winter Sonata, Full House, atau pun Itaewon Class? Jika Korea Utara berhasil melakukan ekspansi terhadap Korea Selatan, kebebasan seni akan dikekang. Dan terutama, risiko keselamatan warga Korea Selatan yang terancam senjata nuklir Korea Utara.

Sumber gambar: imdb.com.
Sumber gambar: imdb.com.

            Solusi ancaman nuklir di Semenanjung Korea ialah negosiasi damai dan implementasi denuklirisasi di Semenanjung Korea. Sebagai negara yang hubungannya sangat dekat dengan Korea Utara, seharusnya China berperan aktif dalam negosiasi damai dan denuklirisasi Korea Utara.

            Pada tanggal 19 Juni 2024 Kim Jong Un, Presiden Korea Utara dan Vladimir Putin, Presiden Rusia menandatangani kesepakatan untuk saling membantu jika salah satu pihak terlibat perang. Untuk menanggapi ancaman nuklir rezim Kim Jong Un, Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat sepakat untuk melakukan kerjasama militer. Ancaman nuklir tersebut tak hanya merupakan masalah negara terkait, tapi juga global. Indonesia sebaiknya mempertimbangkan potensi perang nuklir di Semenanjung Korea, khususnya terkait keamanan masyarakat Indonesia yang bekerja di area tersebut.

Sumber gambar: Exploredrpk.com.
Sumber gambar: Exploredrpk.com.

            Kimilsungia, bunga nasional Korea Utara, anggrek yang berasal dari Indonesia. Soekarno memberi nama 'Kimilsungia' yang berarti Kim Il Sung dan Indonesia. Hal tersebut menandakan harapan Indonesia menjalin hubungan yang baik dengan Korea Utara walaupun berbeda ideologi.

            Menurut Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui Resolusi 217 A (III):

Pasal 1 Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan.

            Dahulu Semenanjung Korea berhasil disatukan oleh Silla pada tahun 676. Bukan hal tak mungkin, jika suatu saat Korea bersatu dan damai. Semoga tercapai perdamaian dunia dan denuklirisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun