Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... Freelancer - A freelancer

just ordinary person

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Ujang Tuna

23 Juni 2024   21:53 Diperbarui: 23 Juni 2024   22:29 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Perkenalkan. Nama saya Ujang Tuna," ujar pemuda tampan yang berpakaian udik itu dengan penuh percaya diri.


Aku hampir tak bisa menahan semburan tawa. Bayangkan saja! Tak hanya namanya yang ear-catching (sekali mendengar namanya, tak akan terlupakan hingga akhir hayat), tapi gaya berpakaiannya pun out of the box. Kemeja bergaris hitam putih dipadukan celana panjang putih bermotif cucu ikan tuna berwarna biru muda. Mimpi apa aku semalam hingga harus berkenalan dengan seorang pangeran kerajaan laut?


"Maaf, namanya siapa?" Tanyaku berpura-pura tak mendengar namanya sembari mengepak-ngepakkan kedua mataku yang berbentuk almond. Tak lupa kuberikan bonus senyum semanis stevia. Gula pun kalah jauh manisnya dengan senyumku ini. Buktinya, Ujang Tuna pun silau dengan keimutanku. Aku bukan menyombongkan diri, tapi hanya menyatakan fakta. Aku memang IMUT. Camkan itu! Jadi, jangan kalian menganggap aku yang menjomblo di umur 25 tahun ini tak laku! Aku memang puas menjadi jomlo imut yang banyak diidamkan para pemuda. Tak seperti kedua orang tuaku yang konvensional dan memaksaku untuk ikut perjodohan seperti sekarang ini.


Ujang Tuna berdeham untuk mengembalikan kepercayaan dirinya yang hendak melarikan diri. Memang gadis kota jelita bernama Evie Andini yang berdiri di hadapannya ini, bagaikan racun sianida dosis tinggi. Tak baik untuk kesehatan jantungnya! Buktinya, jantung Ujang Tuna memberontak tanpa henti sejak ia melihat wajah Evie yang secantik Camila Cabello, penyanyi lagu Havana yang sering ia putar lagunya melalui ipad ketika ia bekerja di ladang singkong. Walaupun ia tak mengerti arti lirik lagu tersebut, tapi ia sangat menyukai suara khas sang vokalis dan irama lagu yang unik.


"Na...nama sa...saya U...Ujang Tuuuna," ulang Ujang Tuna dengan tergagap. Ia merasa ada katak besar yang menyangkut di tenggorokannya hingga sulit sekali mengulang perkenalan dirinya.


Aku terkikik. Kemudian berbisik pada Mama yang berdiri di sampingku, "Ujang Tuna dari keluarga Sardinia."


Mama mendelik dan menyodok pinggang kananku hingga aku meringis kesakitan. Ia iba melihat wajah Ujang Tuna yang semerah tomat matang. Pasti pemuda malang tersebut mendengar bisikan putrinya yang usil ini.


"Ah, namanya unik sekali. Mari masuk ke dalam! Kita minum teh chamomile dan makan dimsum. Evie ini pintar sekali menyeduh teh," sahut Mama penuh semangat. Ia menepuk bahu Ujang Tuna yang terkulai lesu tersebut.


"Shakespeare menyatakan apalah artinya sebuah nama," ujarku dengan nada seserius mungkin. Mendengar kalimatku yang menghibur, wajah muram Ujang Tuna kembali bercahaya.


Ujang Tuna menatap cangkir porselen berisikan kuntum bunga kuning dengan pandangan kosong. Apakah ini yang disebut teh chamomile? Dengan penasaran, ia melirik Mama yang menyeruput nikmat teh tersebut. Kemudian, ia kembali menatap cangkir tehnya sendiri dengan pandangan ganjil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun