Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... Freelancer - A freelancer

just ordinary person

Selanjutnya

Tutup

Kkn Pilihan

Mengejar Cinta Saat KKN

11 Juni 2024   09:56 Diperbarui: 11 Juni 2024   10:00 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pixabay.com.


"Wah, terimakasih banyak, dok. Benar nih ini radio untuk kita? Ini kan masih bagus," seru Rudi antusias sembari memeluk radio itu. Tingkahnya persis bocah cilik yang diberikan mainan.


"Tak terpakai. Saya lebih sering mengerjakan jurnal dibandingkan mendengarkan radio. Barang ini akan lebih bermanfaat untuk kalian. Program KKN cukup melelahkan. Mendengarkan siaran radio merupakan healing yang cukup menyenangkan. Area desa ini begitu terpencil. Saat malam pun sangat sunyi hingga kita bisa mendengarkan nyanyian hutan. Tapi untuk orang muda dari kota, kesunyian bisa menyiksa. Ehm, Olif?"


Olif terperanjat karena dr Odi tiba-tiba menyebutkan namanya. Tadi pikirannya sempat berkelana karena ia melihat tak ada cincin pernikahan di jari manis sang dokter. "Ya, dok?" Tanpa ia sadari, suaranya melengking 7 oktaf karena gugup.


"Ini khusus untukmu. Salep herbal racikan saya sendiri. Kaki kananmu pasti masih sakit saat tersandung kemarin."


Kali ini Olif yang bertingkah seperti bocah cilik. Ia memeluk salep herbal itu seperti harta karun emas berlian. Tiba-tiba berbagai jenis burung bernyanyi di hati Olif. Semua jenis burung itu meneriakkan nada-nada cinta. Apakah ia boleh berharap? Apakah sang dokter juga menaruh hati pada dirinya?


***
Malam ini Olif sulit tidur. Padahal Amy dan Ida sudah tidur sejak jam 8 malam tadi. Olif pun menatap sepasang cicak yang sedang bercinta di langit-langit ruang tidurnya. Ia pun teringat kejadian unik dengan Profesor Burhan di kampusnya sebulan yang lalu. Apakah ia harus menuruti saran sang profesor?


"Olif, untuk apa kau masuk jurusan Manajemen ini? Bukankah kodrat perempuan itu menikah dan mengurus rumah tangga?" Ujar Profesor Burhan, sang dosen statistik yang sudah berusia 75 tahun.
Dengan gugup, Olif menjawab, "Untuk bekerja, Pak."


"Bah, jika kau menikah, tak perlu kau bekerja. Biar saja suamimu yang bekerja. Kau habiskan saja gajinya. Kau cukup menjadi ibu rumah tangga yang baik. Ilmu kuliah ini kau pakai untuk mendidik anak-anakmu."


"Tapi saya tak mau tergantung suami 100%."
Sang profesor melambaikan tangan dengan jengkel. "Jangan berdebat dengan orang yang sudah makan asam garam kehidupan! Sekarang apa impianmu?"


"Lulus kuliah."


"Yang lainnya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun