Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... Freelancer - A freelancer

just ordinary person

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

"Harimau-Harimau" Karya Mochtar Lubis, Bunuhlah Lebih Dahulu Harimau dalam Hatimu Sendiri

31 Mei 2024   03:08 Diperbarui: 31 Mei 2024   04:14 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pixabay.com.


"Awaslah, harimau itu dikirim oleh Tuhan untuk menghukum kita yang berdosa - awaslah harimau -dikirim Allah - awaslah harimau - akuilah dosa-dosa kalian - akuilah dosa-dosa kalian." --Pak Balam.

Novel religius karya Mochtar Lubis ini sangat memukau dan inspiratif. Suspense dibangun dengan mahir dengan alur cerita yang awalnya perlahan. Kemudian, alur berubah cepat ketika terjadi perburuan antara harimau tua dengan tujuh pencari damar yang memiliki harimau di hati mereka sehingga pembaca serasa menahan napas dan tegang. 

Rasanya pembaca ikut mengendap-ngendap dan diikuti tapak kaki sang raja hutan yang juga mengendap perlahan. Siapa yang memburu dan siapa yang diburu? Siapa yang diterkam harimau selanjutnya? 

Novel sastra ini bisa dikategorikan novel horor karena memiliki unsur suspense dan thriller. Juga karena memberikan makna bahwa horor terbesar itu bukan takhayul, setan, jin, iblis, kekuasaan, keahlian bela diri, tapi horor terbesar itu ada dalam diri manusia sendiri, yaitu harimau buas dalam diri setiap manusia.

Novel ini mengisahkan 7 orang pendamar yang terdiri dari Pak Haji, Wak Katok, Pak Balam, Sutan, Talib, Sanip, dan Buyung. Mereka pergi ke hutan raya untuk mengambil getah damar. 

Mereka juga berburu rusa dan binatang lainnya. Konflik mulai terjadi ketika Pak Balam diterkam harimau dan meminta mereka semua mengakui dosa sehingga harimau tidak akan memburu mereka lagi. Tapi, anggota rombongan lain enggan mengakui segala dosa. Bahkan, mereka mulai bertikai. Sementara raungan harimau bisa terdengar tiba-tiba. Dan cakar harimau bisa menyerang kapan saja.


Mochtar Lubis menulis novel dengan latar budaya tradisional Sumatera Utara, khususnya daerah Mandaliling dan Simalungun. Tapi, ia membagikan cara berpikir yang sangat progresif. Ia menanamkan kebebasan berpikir dan berbicara asalkan dengan tujuan baik untuk kepentingan manusia. Ia menekankan bahwa manusia tidak boleh mengabaikan sesamanya yang mengalami kesulitan. Ia juga mahir menggambarkan perasaan dan keraguan yang bergejolak dalam hati manusia.

Budaya Sumatera Utara sangat kental terasa, yaitu menyanyikan lagu ratapan saat berkumpul. Sanip yang memainkan dangung-dangung, Talib bernyanyi, dan Buyung meniup suling.

"Di mana ada rusa ada nenek." --Sutan.

Juga pelarangan menyebut kata harimau. Jika kata harimau disebut di hutan raya, maka harimau tersebut akan datang.

Hal-hal humoris satyre dalam novel ini:

1. The power of emak.
Bibi Buyung yang suka melempar sugi tembakau pada suaminya. Dan juga istri Siti Hasanah, istri Talib yang memarahi suaminya tak putus-putusnya seharian sedangkan Talib hanya diam saja.

2. Penggambarannya mengenai Wak Hitam (70 tahun) yang playboy memancing tawa, tapi ironis.
Wak Hitam merupakan guru sihir Wak Katok. Ia tinggal di huma di tengah hutan yang jauh dari Batu Putih, kampung asalnya. Ia berpenampilan serba hitam, berbini empat, dan kawin dengan lebih dari 100 perawan sehingga anaknya tersebar dan ia pun tak ingat anaknya ada di mana saja. Istrinya yang tercantik dan termuda ialah Siti Rubiyah. Walaupun demikian, pemuda-pemuda takut dengan Wak Hitam karena kabarnya ia kebal senjata, bersekutu dengan jin dan iblis, serta memelihara seekor harimau siluman.

3. Adegan ketika Pak Balam yang ditandu ditinggalkan sendiri oleh kawan-kawannya yang mengejar harimau. Pak Balam sudah mati ribuan kali karena ketakutan.

Novel ini juga mengisahkan fenomena sosial yang terjadi pada masa tersebut, yaitu main perempuan dan praktek sihir.

"Orang tua atau orang muda, kalau sudah melihat wanita cantik, lupa daratan." -- Sanip.

Mochtar Lubis dengan lugas menggambarkan sifat pria, tak peduli tua maupun muda, yang mudah tertarik dengan wanita cantik dan baik hati seperti Siti Rubiyah, tapi sayangnya ia istri Wak Hitam yang angker.

"Engkau masih terlalu muda, darah masih panas, nanti engkau buat tergila-gila padamu semua perempuan di kampung ini. Ilmu ini hanya untuk membela kehormatan lelaki, kalau kita dihina perempuan, atau jika enggak sungguh cinta dan hendak memperistri seorang perempuan. Akan tetapi, tak boleh engkau pakai untuk menggoda istri orang." -Wak Haji.

Buyung ingin sekali mempelajari ilmu pelet Wak Katok untuk memperoleh cinta Zaitun, teman masa kecilnya yang sifatnya jinak-jinak merpati. Buyung selalu ragu apakah Zaitun mencintai dirinya sebesar ia mencintai Zaitun. Ia sering mengintip Zaitun dan teman-temannya mandi di pancuran.

Penokohan rombongan pendamar di hutan raya yang terdiri atas 7 orang:
*Pak Haji Rakhmad (60 tahun) seorang mantan pengembara yang penyendiri. Ia pernah menjadi tukang kuda Sultan Johor, anggota sirkus, tukang masak kapal yang mengembara ke Shanghai, Tokyo, Bandar Manila, Penang, Rangoon, dan Kalkutta. Ia juga pernah mengembara ke Afrika dan bandar-bandar orang kulit putih. Tapi, setelah 19 tahun mengembara, ia kembali ke kampung halamannya dan lebih bahagia hidup sebagai pendamar seperti ayahnya. Pak Haji suka bercerita mengenai pengalamannya selama mengembara.  Prinsip hidupnya tak mau mengganggu dan tak mau diganggu.

*Wak Katok (50 tahun) seorang pemburu, ahli pencak silat dan ahli sihir yang memiliki penampilan seperti pria berumur 40 tahun dengan rambut hitam, kumis panjang hitam lebat, bibir penuh tebal, dan tubuh berotot. Ia merupakan pemimpin rombongan pendamar. Ia arogan, manipulatif, kejam, tapi sebenarnya ia berkarakter lemah dan penakut.

*Pak Balam (50 tahun) memiliki tubuh yang kurus. Ia pendiam, tak beranak, dan memiliki istri yang sakit-sakitan. Ia tipe follower dan tidak percaya diri.

*Sutan (22 tahun) merupakan seorang murid pencak silat dan sihir Wak Katok. Pria matang dan dewasa ini telah berkeluarga. Sifatnya tangkas dan mahir berladang, bersawah, dan kadang berjualan kambing atau pun lembu. Ia suka perempuan, tenang, dan kejam.

*Talib (27 tahun) merupakan seorang murid pencak silat dan sihir Wak Katok. Ia telah berkeluarga dan beranak tiga. Sifatnya pendiam dan misterius.

*Sanip (25 tahun) merupakan murid pencak silat dan sihir Wak Katok. Pemuda bertubuh pendek dan gemuk ini telah berkeluarga dan beranak empat. Sifatnya humoris dan ceria. Ia suka memainkan dangung-dangung.

*Buyung (19 tahun) merupakan murid pencak silat dan sihir Wak Katok. Ia penembak ulung, pemberani dan masih galau akan cinta.

Ketujuh orang ini pembohong dan semua tak luput dari dosa. Menandakan bahwa manusia memang tak sempurna. Tapi, manusia unik karena tak sempurna.

Sang pengarang menekankan dalam marabahaya pun, manusia sulit melepaskan hasil jerih payahnya, yaitu daging rusa. Sebenarnya, ketika sudah ada korban terkaman harimau, mengapa yang lainnya tidak merelakan saja daging rusa yang masih berdarah itu untuk sang harimau tua yang kelaparan? Sangat berbahaya sekali membawa daging buruan yang berdarah sembari membawa usungan korban terkaman harimau yang berdarah.

Tidak terbayangkan bagusnya kisah ini jika difilmkan. Mungkin kesulitannya ialah peran binatang film, si harimau tua yang besar. Adanya peran binatang film tentu memerlukan budget yang besar.

Kutipan-kutipan inspiratif:
"Jangan terlalu percaya pada orang, meski kawan sendiri pun." -- Tukang bercerita keliling.

"Orang muda mesti hati-hati sekali. Bahaya besar menanti orang muda di waktu dekat yang akan datang. Janganlah turut nafsu hati." --Tukang bercerita keliling.

"Akan tetapi, mengapa demikian susahnya membela yang benar dan menjadi korban kezaliman? Dan mengapa harus diperlukan keberanian luar biasa untuk melakukan kejujuran biasa? -- Buyung.

"Orang yang membiarkan orang lain melakukan kejahatan dan dosa, sedang dia mampu menghalanginya, sama besar dosanya dengan orang yang melakukan dosa itu. Apalagi jika dia tahu, bahwa karena perbuatan dosa itu, dia sendiri mendapat keuntungan." --Pak Balam.

Orang yang mencoba membuka kebenaran dibenci dan dimusuhi oleh mereka yang bersalah dan berdosa. Banyak orang takut hidup menghadapi kebenaran, dan hanya sedikit orang yang merasa tak dapat hidup tanpa kebenaran dalam hidupnya.

Dalam hidup tak selamanya orang dapat bersedia menghadapi segala kemungkinan, dan mengambil risiko selalu perlu. Yang penting ialah bersiap-siap seperlunya dan kemudian menghadapi apa yang akan datang dengan tabah dan berani.

"Harimau itu dikirim oleh Tuhan untuk menghukum kita yang berdosa?" --Buyung.

Orang ingin memperpanjang hidupnya sebanyak mungkin.

"Menurut rasa hatiku, di mana kita bertemu dengan yang jahat, dan hendak merusak kita, atau merusak orang lain, merusak orang banyak, maka kita yang paling dekat wajib melawannya. Masa harus kita tunggu dulu diri kita yang kena bala, maka baru kita bangkit melawannya? Masa kita berdiam diri selama diri kita yang tak kena?" --Buyung.

"Karena aku adalah pemimpinmu, karena akulah yang berkuasa." --Wak Katok.

"Manusia yang mau hidup sendiri tak mungkin mengembangkan kemanusiaannya. Manusia perlu manusia lain." --Pak Haji.

"Aku salah selama ini, kehilangan kepercayaan pada manusia dan pada Tuhan. Tuhan ada, anak-anak, percayalah. Tapi, jangan paksakan Tuhanmu pada orang lain, seperti juga jangan paksakan kemanusiaanmu pada orang lain." --Pak Haji.

"Manusia perlu manusia lain...manusia harus belajar hidup dengan kesalahan dan kekurangan manusia lain." --Pak Haji.

"Bisimillahhirrokhmanirrokhim... Tuhan adalah Yang Maha Pemurah dan Pengampun. Di sinilah kunci kemanusiaannya manusia yang diturunkan Tuhan kepada manusia. Sedang Tuhan dapat mengampuni segala dosa jika yang berdosa datang kepadanya dengan kejujuran dan penyesalan yang sungguh." --Pak Haji.

"Aku tersesat selama ini, aku telah menghukum seluruh manusia, dan dengan itu, menghukum diriku sendiri." --Pak Haji.

"Kemanusiaan hanya dapat dibina dengan mencinta, dan bukan dengan membenci. Orang yang membenci tidak saja hendak merusak manusia lain, tetapi pertama sekali merusak manusia dirinya sendiri." --Pak Haji.

"Orang yang berkuasa, jika dihinggapi ketakutan, selalu berbuat zalim." --Pak Haji.

"Ingatlah hidup orang lain adalah hidup kalian juga." --Pak Haji.

"Sebelum kalian membunuh harimau yang buas itu, bunuhlah lebih dahulu harimau dalam hatimu sendiri." --Pak Haji.

"Setiap orang wajib melawan kezaliman di mana pun juga kezaliman itu berada. Salahlah bagi orang memencilkan diri, dan pura-pura menutup mata terhadap kezaliman yang yang menimpa diri orang lain... besar kecil kezaliman, atau ada dan tak adanya kezaliman tidak boleh diukur dengan jauhnya terjadi dari diri seseorang." --Buyung.

"Manusia di mana juga di dunia harus mencintai manusia, dan untuk menjadi manusia haruslah orang terlebih dahulu membunuh harimau di dalam dirinya." --Buyung.

_________

Dear Pembaca, 

Bagaimana definisi membunuh harimau di hati kalian?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun