"Tidak mungkin Bella seorang psikopat!"
"Percayalah padaku! Orangtuaku selalu membawa Bella untuk berobat ke psikiater. Karena Bella selalu merebut apapun yang dia inginkan dan sering berlaku kasar. Aku senang kamu suka Bella. Tapi, aku kamu siap dengan kelainan jiwa Bella? Sewaktu kecil, dia pernah mendorong jatuh pengasuh kami dari anak tangga teratas, hanya karena marah ketika disuruh tidur siang. Bella pernah memukul kepala anak tetangga dengan gunting karena dia tidak mau meminjamkan bonekanya. Dan masih banyak lagi. Aku malu menceritakan aib ini. Dia masih tetap adik kembarku dan aku sangat menyayanginya. Sepertinya Bella menyukaimu dan marah kepadaku ketika kamu menghampiriku dan mengajakku ke pesta itu. Padahal sekarang aku tahu, kamu sebenarnya suka dia. Aku bisa menjelaskan hal ini kepadanya. Aku turut bahagia jika Bella bisa jadian denganmu. Walaupun aku juga suka kamu."
"Tidak perlu, Karin. Aku ingin berpikir dulu."
"Jadi, bagaimana? Kamu tetap akan pergi denganku besok?"
"Ya."
"Aku senang mendengarnya," seru Karin sembari tersenyum manis.
***
"Mengapa Mama melakukan hal itu padaku? Aku tidak mau pindah ke Jakarta! TIDAK MAU!"
"Karin sayang, Papa khusus memintamu untuk datang tinggal bersamanya. Dia merasa kesepian dan ingin bersama denganmu. Kamu harus mengepak bajumu dan berangkat sekarang juga."
"Bohong! Papa selalu lebih sayang Bella. Mengapa dia sekarang memilihku? Padahal aku sekarang punya pacar. Besok aku akan first date."
"Tidak, Karin. Nanti Mama dan Bella akan menyusul sebulan lagi. Mama masih harus mengurus pekerjaan Mama di kantor."