"Biar saja. Biar mereka tahu kita mempunyai hubungan spesial."
"Tapi, aku kan tidak menyimpan perasaan cinta," sanggah Andri.
"Kamu mengajakku pergi ke pesta ultah."
"Sebenarnya, aku ingin mengaku. Aku baru menyadarinya. Kuharap kamu tidak marah."
"Maksudmu?"
"Aku ingin menjelaskan kesalahpahaman ini. Aku merasa tidak enak jika tidak jujur. Sebenarnya, yang ingin kuajak itu adikmu. Aku salah mengira kamu adalah dia. Aku merasa dia itu soulmateku. Dia itu pintar, cuek, agak tomboy. Tapi, kalau sudah tersenyum, manis sekali. Aku langsung jatuh cinta ketika melihat dia menolong anak kucing yang hampir tertabrak mobil. Sejak itu aku sering memperhatikan dia diam-diam karena dia itu galak sekali! Dia pernah memelototiku ketika memergokiku menatapnya. Tapi, melihat perbuatan dia tadi, aku menjadi ragu. Apa benar penilaianku selama ini? Dia kasar sekali terhadapmu. Tadinya aku tidak percaya gosip yang beredar bahwa Bella benci kakaknya sendiri. Aku bingung sekali."
"Andri, aku tidak ingin memberitahumu. Ini rahasia keluargaku. Bagaimana, ya? Kalau aku tidak cerita padamu, seperti aku menyembunyikan bangkai. Tapi, maukah kamu berjanji untuk tidak menceritakan hal ini kepada siapapun?"
"Ya, Karin. Tentu saja. Rahasia apa? Aku janji tidak akan cerita kepada siapapun. Aku kan cowok, tidak akan bergosip."
"Sini! Dekatkan kepalamu!" perintah Karin.
"Ya Tuhan! Tidak mungkin!" sahut Andri terkejut sekali setelah memdengar bisikan Karin.
"Benar, Andri."