"Iya, tadi saat jam istirahat pertama," kata Karin dengan pipi memerah jambu.
"Kalau begitu selamat, Karin! Aku ikut senang. Sudah, kamu jangan pedulikan adikmu!" Seru Risma. Karin hanya tersenyum simpul.
***
"ADUH! Bella, hentikan! Sakit!" Seru Karin sambil berlinang air mata.
"Bella, hentikan! Lepaskan kakakmu! Masa kamu mengacungkan pisau lipat ke kakakmu?" tegas Andri sambil menepis pisau lipat tersebut.
"Bagus sekali, Andri! Untuk apa kamu dekat-dekat kamar mandi perempuan? Mau mengintip kakakku ya?" Ejek Bella.
"Aku hanya kebetulan lewat dan mendengar suara ribut-ribut yang ternyata jeritan Karin. Untuk apa kamu mengancam kakakmu sendiri? Sebenarnya kalian ada masalah apa?"
"Bukan urusanmu!" seru Bella sambil mendorong Andri yang menghalangi jalannya. Dia berlari cepat, tapi tetap saja Andri melihat tatapan matanya yang marah, kecewa, tapi rasanya miris melihatnya! Seperti memendam rasa pilu.
"Karin, kamu tidak apa-apa?"
"Ya, Andri. Terimakasih telah menolongku. Kamu datang saat yang tepat sekali. Kamu benar-benar Pangeranku! Tadi aku takut sekali. Kadang-kadang Bella bisa sangat menakutkan!" Bisik Karin sembari memeluk Andri.
"Karin, hentikan! Nanti bagaimana kalau ada yang melihat? Apalagi kalau guru? Kita bisa dipanggil ke ruang BP," kata Andri jengah melepaskan rangkulan Karin.