Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... Freelancer - A freelancer

just ordinary person

Selanjutnya

Tutup

Horor

Korban Pesugihan

26 Mei 2024   22:01 Diperbarui: 26 Mei 2024   22:03 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pixabay.com.

TOK TOK TOK.

"Siapa itu?" Tanya Ranti. Ia merasa sangat mengantuk hingga sepasang matanya terasa dilem. Sulit sekali untuk memfokuskan pandangan matanya.

"Ini aku, Kang Asep, suamimu," jawab Asep dari balik jendela kamar mereka. "Cepat bukakan pintu. Di luar rumah dingin sekali. Angin bertiup sangat kencang."

"Salah sendiri Akang kedinginan. Kerjanya kelayapan terus. Mengapa Akang tidak masuk sendiri melalui pintu depan? Akang pegang kunci dupoikat, kan?" Omel Ranti yang merasa terusik karena dibangunkan Asep tepat tengah malam. "Aku baru saja terlelap. Seharian anak perempuan kita, Pia, rewel terus karena gigi susunya baru tumbuh. Belum lagi Dika yang baru belajar berjalan. Aku lelah sekali."

"Jangan menggerutu. Aku lupa membawa kunci, Sayang. Tolong berikan kunci pintu depan saja melalui jendela kamar. Jadi, kau tak perlu repot membuka pintu rumah bagian depan."

"Baiklah, Kang. Tunggu sebentar," kata Ranti. Ia membuka pintu laci buffet dan mengeluarkan serenceng kunci. "Akhir-akhir ini Akang sering sekali pulang malam. Memangnya apa yang Akang kerjakan? Bukankah Akang belum mendapat pekerjaan baru? Apa Akang sibuk tebar pesona ke perempuan lain?"

"Kau tak mengerti perasaanku. Untuk apa aku merayu perempuan lain? Aku juga sedang berusaha mencari uang. Siapa yang ingin hidup melarat seperti ini? Aku juga ingin kaya raya dan memiliki rumah sendiri," ujar Asep sembari menghela napas.

"Aku malu pada kedua orangtuaku yang harus membiayai rumah tangga kita. Sudah berat beban mereka. Belum lagi omongan tetangga yang menanyakan apa Akang masih pengangguran. Mereka menebak sudah 3 tahun Akang menganggur. Aku bingung menjawab apa."

"Jangan kau pedulikan tetangga. Kau mengetahui sendiri seperti apa sulitnya mencari kerja dengan hanya berbekal ijazah SMU."

"Seharusnya aku tak Akang larang untuk bekerja di perusahaan tekstil. Hanya karena Akang cemburu pada Tio, rekan kerjaku, Akang bersikeras aku harus berhenti bekerja. Setidaknya aku bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga kita," sahut Ranti. Ia berjalan mendekati jendela kamar dan menyingkap horden putih. Tapi, ia tertegun sejenak. Bukan suaminya yang berada di luar jendela kamar, tapi makhluk mengerikan berbulu hitam tebal. Sepasang mata merah sebesar apel menatap nyalang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun