Danar merasa jengkel dan malu dengan kelakuan biadab Mala. Ia tak peduli lagi. "Mala, turunlah kau. Mengapa kau menganut ilmu hitam dan membunuh bayi malang tersebut?"
Mala yang berada di atas pohon kelapa sawit pun terkejut dan menjatuhkan mayat bayi itu. "Danar, aku bisa menjelaskannya. Mengapa kau berang? Aku hanya mempertinggi ilmuku agar bertambah sakti. Bukankah kau juga tertarik dengan diriku karena kesaktianku?"
"Cukup. Aku sangat kecewa. Kupikir kau tidak menganut ilmu hitam. Mulai sekarang kita bukan lagi suami-istri."
Mala menatap Danar dengan berang. "Terserah. Tapi, aku akan tetap menghantui keluargamu. Aku akan mendampingi setiap keturunan lelaki di keluargamu."
***
Danar termenung. Kilasan kejadian mengerikan itu masih segar dalam benaknya. Ia bisa melihat bayangan Hantu Popo di sisi Alfi, cucu laki-lakinya yang baru berumur 7 tahun. Sosok Mala yang berwujud Hantu Popo masih secantik ingatan Danar. Setiap orang yang mengganggu Alfi pasti menemui nasib tragis. Kakak kelas Alfi yang sering membully Alfi, tiba-tiba mengalami patah tulang kaki karena kecelakaan lalu lintas. Tetangga yang menghina Alfi, mengalami kanker mata. Dan masih banyak lagi kejadian kebetulan yang menimpa orang-orang yang memusuhi Alfi. Terlampau banyak tragedi yang terjadi secara kebetulan.
"Kakek, lihatlah mainan robotku ini! Kakak perempuan cantik itu  baru saja memperbaikinya," celoteh Alfi.
Danar menatap wajah Mala yang tersenyum menyeringai. Ia menghela napas. Perempuan memang keras kepala. Entah itu manusia ataupun hantu.
____
Dear Pembaca,
Ada yang mau ditemani Popo?