Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... Freelancer - A freelancer

just ordinary person

Selanjutnya

Tutup

Horor

Hantu Popo

25 Mei 2024   18:56 Diperbarui: 25 Mei 2024   19:08 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

"Berhati-hatilah! Kunci rumah dengan baik. Juga palang pinKau tahu kan sedang ramai tersiar adanya Hantu Popo di Dukuh Raya. Walaupun korbannya selalu bayi, tak ada salahnya jika kau pun menjaga diri. Aku akan menginap di desa sebrang selama beberapa hari untuk transaksi kayu pinus," kata Danar penuh khawatir. "Benar? Kau tak apa-apa tinggal sendiri? Perlukan aku menyewa tenaga Lala atau gadis dukuh lainnya untuk menemanimu? Jangan merasa segan padaku untuk meminta tolong."

Mala menggelengkan kepala. "Tak perlu. Aku akan menjaga diri dengan baik."

"Kau benar-benar gadis pemberani. Tak salah aku memilihmu sebagai istriku," puji Danar sembari menjentik hidung Mala yang mancung. "Ya, sudah. Aku pergi dulu, ya. Aku akan berusaha menyelesaikan urusanku sesegera mungkin."

Seperti biasa, Mala pun mengantarkan Danar hingga batas pagar rumah. Ia melambaikan tangan ketika Danar terus-menerus menoleh ke arah dirinya sembari berjalan menjauh. Mala merasa tingkah laku Danar begitu manis.

***

"Aduh, berkas dokumenku malah ketinggalan," gerutu Danar. Ia mempercepat langkah kakinya menuju rumahnya. Hari menjelang malam. Suasana begitu gelap gulita. Danar hampir tak bisa melihat jalan setapak di depannya.

KRESEK. KRESEK.

Angin kencang bertiup hingga menyibakkan daun-daun kelapa sawit seperti sibakan jari-jemari. Tampaklah sesosok bayangan bergaun putih. Danar tercekat karena ia sangat mengenali sosok bayangan itu. Apa yang sedang dilakukan Mala? Padahal Danar sudah berpesan agar Mala tak keluar rumah jika hari sudah larut malam.

Danar pun berjalan mengendap-endap dan mengikuti sosok Mala yang begitu ringan bergerak melompat dari satu pohon kelapa sawit ke pohon kelapa sawit lainnya. Danar tak mempercayai pandangannya. Mala sedang membopong bayi merah. Mulut Mala berlumuran darah. Pipi Mala pun terpercik darah segar bayi malang tersebut. Danar merasa mual ketika gigi taring Mala mencabik usus bayi tersebut.

"POPO...POPO...POPO."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun