Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... Freelancer - A freelancer

just ordinary person

Selanjutnya

Tutup

Horor

Sang Suami

24 Mei 2024   23:06 Diperbarui: 24 Mei 2024   23:10 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pixabay.com.


"Kapan kau pulang dinas luar kota?" Tanya Vinny.

"Minggu depan aku sudah pulang," gumam Andre, suami Vinny. Tidak seperti biasanya, tangannya agak bergetar ketika membelitkan dasinya yang berwarna abu-abu muda. Vinny hendak membantunya, tapi ia menepis tangan Vinny dengan gugup. "Tak perlu kau repot-repot. Aku khawatir terlambat naik kereta api."

Vinny mengangkat bahu. Kemudian, mengantar Andre keluar rumah. Ia hanya membawa 1 tas kerja dan 1 tas pakaian.

Tiba-tiba Andre membalikkan tubuhnya di luar pagar rumah. "Berjanjilah padaku. Seminggu ini kau jangan membuka pintu rumah untuk siapa pun."

"Masa aku menolak tamu? Bagaimana jika yang datang itu keluargamu? Nanti aku disebut menantu tak berbakti."

"Kau tahu maksudku. Aku hanya memiliki satu anggota keluarga dan ia sangat menyebalkan. Aku tak suka saudara sepupuku datang kemari dan mengganggumu. Ia pemabuk dan bergaul dengan berandalan. Begitu pun dengan sahabatmu. Aku tak percaya persahabatan antara pria dan perempuan bisa berjalan tanpa benih-benih cinta."

Vinny membisu. Pria yang satu ini memang antik. Seharusnya, ia disimpan di museum. Segala hal tentang dirinya begitu konvensional.

"Tolong jangan membantah. Turuti saja kata-kataku. Berpura-puralah kau tak ada di rumah. Kau berjanji?" Desak Andre. Wajahnya tampak gusar.

"Iya, aku berjanji," jawab Vinny sembari menganggukkan kepala dengan takzim. Percuma berdebat dengan monster dingin ini. Vinny memandang sosoknya hingga ia naik taksi. Kemudian, Vinny menutup pintu rumah, menyandarkan diri ke pintu, dan tak kuasa menahan senyum.

"HORE!!! Si diktator itu menginap di luar kota," teriak Vinny seperti orang kehilangan akal. Mungkin sekitar 15 menit Vinny menari-nari mengelilingi ruangan.

Vinny menghempaskan diri ke sofa. Matanya menatap langit-langit. Sebaiknya, ia melakukan apa saat jam bebas ini? Ia menjadwal urutan aktivitas yang hendak dilakukannya dengan jemari tangan kanan. Pertama, order junk food yang dibenci Andre. Fried chicken, kentang goreng, dan cola float sangat cocok disantap sembari menonton drakor.

Nikmatnya hidup! Ini malam keenam Andre tidak ada di rumah. Vinny merasa sel-sel tubuhnya yang mati suri kembali hidup. Sejak kepergian Andre, Vinny hanya bersantai di rumah dan membersihkan rumah sekedarnya. Besok Vinny akan membersihkan rumah dengan totalitas karena si suami perfeksionis tersebut, lusa sudah berada kembali di rumah. Ia pasti akan memeriksa titik debu di sini atau pun titik debu di sana. Memang apa masalahnya dengan setitik debu? Vinny menghela napas kesal jika mengingat kerewelan suaminya. Terus terang Vinny menikahinya karena ia ingin hidup nyaman. Ia benci hidup tanpa kestabilan ekonomi. Tapi, bukan berarti Andre dapat mendikte segala hal dalam hidupnya.

KRING,KRING, KRING.

Bel pintu berdering dengan keras. Vinny mengabaikannya sesuai dengan pesan Andre. Tapi, sekarang handphonenya berdering dengan keras. Belum sempat Vinny menekan fitur hening pada handphonenya, terdengar teriakan pria di teras rumah.

"VINNY, AKU TAHU KAU ADA DI DEPAN RUMAH. MENGAPA KAU MENGHINDARIKU SETELAH SEGALA HAL YANG KITA ALAMI BERSAMA?"

Vinny terpaksa berlari ke teras depan dan membuka pintu. "Hey, dungu! Kau ingin semua orang tahu mengenai hubungan kita. Bagaimana jika tetangga mendengar suara teriakanmu? Kau sudah berjanji untuk tidak menghubungiku dulu sementara waktu. Kau tahu kan handphoneku disadap oleh Andre. Tapi, kau malah datang ke sini."

"Vin, dengarlah dulu penjelasanku. Aku takut sekali. Tidak ada yang lancar dengan rencana kita."

Tiba-tiba hujan turun dengan deras. Wajah pucat Aji, sahabat Vinny yang juga kekasih gelapnya diterangi lampu temaram teras dan dilatari pemandangan langit gelap dengan kilat yang menyambar-nyambar.

"Masuklah dulu. Apa yang sudah terjadi?" Tanya Vinny ketus.

"Andre sudah mengetahui hubungan cinta kita. Ia berkata padaku bahwa ia sudah lama mencurigaiku."

"Lalu?"

"Ia mengancam akan  membunuh kita berdua. Vin, sebaiknya kita berdua melarikan diri. Aku tahu pernikahanmu tak bahagia. Andre itu psikopat."

Vinny tertawa dengan histeris. "Dan meninggalkan semua harta ini? Jika aku melarikan diri denganmu, aku tak akan memperoleh apa pun jika bercerai dengannya. Setidaknya, aku harus memperoleh setengah hartanya."

Aji meneguk ludah. Ia berkata dengan murung. "Aku sudah memperingatkanmu."

Kemudian, Aji merengkuh Vinny.

***

PROK PROK PROK.

"Wah, sungguh adegan yang mengharukan. Romeo dan Juliet masa kini. Rupanya, aku hanya ban serep bagimu," kata Tora dengan nada sinis.

"Mengapa kau datang ke sini?"

"Aku tidak boleh mengunjungi istri sepupuku yang cantik?"

Tanpa sadar, Vinny beringsut mundur karena ngeri melihat kedua mata Tora yang berkilat tajam. Tora mendekat dengan sikap mengancam. Tangannya mengacungkan pisau dan langsung menikam dada Vinny. Tapi, Aji menghalangi sehingga bahunya tertikam.

"VINNY, LARI!" Perintah Aji. Ia tampak terdesak menahan serangan Tora yang membabi buta. Vinny memukul kepala Tora dengan sebuah kursi. Tapi, ia seperti tak merasakan nyeri apa pun.

Satu tikaman ke area vital. Dan tersungkurlah Aji dalam genangan darah.

"Vinny, sekarang giliranmu. Apa kata-kata terakhir untukku? Mungkin penyesalan karena mempermainkan hati seorang pria?"

"Aku tak pernah mempermainkanmu."

"Lalu, apa arti kata-kata mesra dari handphonemu? Tapi, setiap kita bertemu kau bersikap dingin."

"Aku tak pernah mengirimkan pesan mesra padamu. Mana mungkin aku berani affair dengan sepupu suamiku."

"Jadi, kau tidak berani affair denganku. Tapi, kau berani affair dengan Aji, sahabatmu yang lemah itu? HAHAHAHA."

Vinny tak menjawab. Percuma meladeni Tora yang sedang murka. Tora mengeluarkan sepucuk pistol berperedam dari sakunya. Kemudian, ia menempelkan ujungnya ke pelipis Vinny.

"Kesempatan terakhir. Apakah kau pernah mencintaiku?"

Vinny menggelengkan kepala.

"Keras kepala," bisik Tora sembari menarik pelatuk. Ternyata pelurunya tak keluar. Mungkin terkena air hujan.

Vinny memanfaatkan kesempatan itu dengan menabrak Tora hingga ia terpelanting. Kemudian Vinny lari ke jalan dalam guyuran hujan. "TOLONG! TOLONG!" Teriak Vinny. Tapi, tidak ada satu pun tetangga yang mendengar karena suaranya teredam hujan besar. Sementara itu, semakin lama Tora semakin mendekat.

Jantung Vinny terasa berhenti berdetak karena tiba-tiba ada tangan pria yang menangkapnya. Vinny berusaha membebaskan diri.

"Vinny, ini aku, Andre. Aku pulang lebih awal. Apa yang terjadi?"

Vinny menangis keras. "To...Tora ingin membunuhku. Bahkan, Aji sudah tewas karena melindungiku."

"Ckckckck... Vinny, aku kan sudah berpesan. Kau jangan terima tamu siapa pun. Kau malah menerima dua tamu yang kularang kau terima. Dan sekarang kau terimalah konsekuensinya," hardik Andre. Senyum tipis bermain di bibirnya.

Secercah kesadaran terlintas di pikiran Vinny. Andre. Semua ini pasti ulah Andre.

"Kau yang menulis pesan mesra atas namaku ke Tora?"

"Tega benar kau menuduhku berbuat begitu."

"Mengakulah."

"Jika hal itu benar, maka kau akan berbuat apa?"

"Mengapa?"

"Kau tak setia. Kau tetap bertemu Aji walaupun aku sudah melarangmu."

"Tapi, aku tak pernah berbuat macam-macam dengan Aji."

"Aku mengetahui semuanya. Kau anggap aku dungu? Kau istriku, tapi kau tetap mencintai Aji. Kau hanya mencintai hartaku."

Vinny memalingkan wajah. Ia berlari kencang menjauhi monster bernama Andre hingga ia tak sadar Tora telah berada di sampingnya.

"Kita perlu bicara. Ada kesalahpahaman. Andre yang menulis pesan mesra tersebut padamu."

"Aku tak peduli. Aku sangat mencintaimu. Tapi, aku juga membencimu. Lebih baik kita mati bersama..."

Dengan berakhirnya kata-kata Tora tersebut, Vinny merasakan pijar panas di dadanya. Vinny masih sempat melihat Tora bunuh diri di hadapannya. Dan kemudian, semua padam.

***

Andre menghirup espressonya dengan senang. Ia selalu merasa puas melihat roh Vinny yang menunjukkan berbagai mimik. Entah sudah berapa ratus kali, roh Vinny memperagakan detik-detik terakhir kematiaannya. Andre yang memiliki kemampuan melihat makhluk mistis, merasa kebahagiaan tak terhingga melihat tragedi berulang yang dimainkan roh Vinny, roh Aji, dan roh Tora. Mereka semua terjebak dalam dimensi waktu yang terhenti di rumah Andre.

Andrelah sang penonton tunggal. Oh, betapa Andre sangat menyukai tragedi ini.

_____

Menurut teman-teman, apa hal yang paling rapuh dalam hubungan cinta?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun