"Kita tidak tinggal berdua, tapi berempat dengan Pak Ali dan Bu Arin."
"Gosip terbakar seperti api."
"Aku tak peduli. Tinggal kau keluarga yang kupunya," seru Edo dengan jengkel.
"Bagaimana dengan fansmu yang mayoritas perempuan?"
"Kau tahu sendiri aku orang yang sudah mati sejak Rina kecelakaan kapal laut tujuh tahun yang lalu. Mungkin kau yang takut akan gosip mengenai kita akan mempengaruhi calon pasanganmu? Aku siap jika harus membukakan rahasia keluarga kita mengenai hubungan darah kita."
"Aku tak menyangka nasib malang menghampiri Kak Rina. Padahal kalian baru saja bertunangan. Saat itu aku baru berumur 17 tahun dan Kak Rina berumur 20 tahun," gumam Diana. "Kak Edo begitu terobsesi olehnya hingga melukis sosoknya dalam setiap kipas. Â Aaah, aku iri akan cinta kalian. Aku tidak memiliki satu pun calon pasangan hidup. Mengapa Kak Edo berpikir seperti itu? Kak Edo mengerti kan pandanganku akan cinta?" Tanya Diana dengan mata berkilat tajam hingga Edo tak sanggup menatapnya dan mengalihkan pandangan.
"Aku anggap kau setuju dengan rencanaku. Kita berangkat besok malam ke Lombok. Aku akan menjemputmu."
"Secepat itu?"
"Aku tak mau mengambil risiko. Kau juga jangan memberitahu siapapun engkau pergi ke mana. Katakan saja kau pergi berlibur ke luar negeri untuk urusan kerjaan."
Diana mengangguk.
***