"Danur sahabatku?"
"Benar, Kak. Kami dekat sejak Kak Danur mewawancaraiku ketika seleksi awal model Topeng Cinta," kata Tyas malu-malu. Semburat pink tampak menjalar di kedua pipinya.
"Tyas, aku juga mencintaimu. Apakah tak ada kesempatan untukku?"
"Maafkan aku, Kak. Aku sangat mencintai Kak Danur dan sebaliknya. Aku yakin suatu saat Kakak juga akan bertemu soulmate Kakak."
Aku terdiam. Hatiku sangat nyeri. Sekarang aku mengerti arti cinta yang sesungguhnya. Cinta itu bukan hanya senandung  kebahagiaan, tapi cinta itu menusuk seperti ribuan jarum panas. Api cemburu di diriku menggelegak. Aku tak bisa berpikir normal. Maka, kuminta Tyas untuk berpose di tanjung dengan ombak laut yang berkobar-kobar. Kediamanku memang merupakan villa di dekat laut.
Awalnya, Tyas ragu. Tapi, aku membujuknya dengan halus bahwa aku ingin menghadiahkannya karya seni istimewa, yaitu Topeng Peri Laut, sebagai hadiah pernikahannya. Dengan riang, Tyas menyanggupinya. Tyas tak pernah tahu. Topeng Peri Laut ini bukan untuknya. Tapi, aku ingin mempersembahkannya pada dunia dan memberikannya pada sebuah museum. Topeng Peri Laut akan menjadi Topeng Cinta yang sesungguhnya.
Benar saja dugaanku. Tyas sungguh peri laut yang mempesona. Manik-manik matanya yang bercahaya. Pipinya yang kemerahan ditimpa cahaya mentari membuat jantungku berdebar kencang. Efek obat tidur dalam kopi yang diminum Tyas mulai terlihat. Tyas kadang-kadang mengkonsumsi obat tidur dan aku mengetahui nama obat tidur yang sering diminumnya.
Tyas menoleh padaku dan tersenyum untuk terakhir kalinya. Ia tampak limbung dan melangkah ke ujung tanjung. Selesailah sudah.
Biarlah Topeng Peri Laut menjadi Topeng Cinta yang abadi. Cintaku yang abadi.
___
Dear Pembaca,Â