"Berarti kuanggap kita sepakat?" Tanya Kakek Tano. Ia mengedipkan mata kanannya dengan ramah.
"DEAL!" Jawabku bersemangat.
"Kau boleh membawa Chibichan sekarang."
Aku terpana melihat jemari Kakek Tano yang keriput, mengemas Chibichan dalam kotak cantik bermotif telapak kaki kucing. "Kakek tidak takut tertipu olehku?"
"Kau tak akan menipuku. Penilaianku belum pernah salah. Chibichan akan senang tinggal bersamamu. Ia kucing yang baik walaupun manja dan keras kepala. Ia akan membawa kebahagiaan untukmu asalkan kau merawatnya dengan baik."
"Pasti, Kek. Aku akan menjaganya dengan baik. Terima kasih banyak telah mempercayaiku."
"Ingat, Nak. Kau harus tetap menjadi gadis kecil yang baik hati. Jika tidak, Chibichan akan melarikan diri."
Aku menganggukkan kepala. Apa pikiran Kakek Tano sebenarnya terganggu? Mana mungkin Chibichan melarikan diri. Ia kan hanya boneka kucing gendut.
***
Malamnya, aku bermimpi sangat ganjil. Chibichan hidup dan berusaha membunuhku. Dengan bokongnya yang super lebar, ia duduk di atas hidungku agar aku tak bisa bernapas. Suara miawnya melengking keras hingga telingaku terasa tuli. Saat paru-paruku terasa pecah, aku bangun dengan napas tersengal.
Aku menatap Chibichan yang ada di sebelah bantalku. Heran! Rasanya kemarin malam aku meletakkan Chibichan di atas meja belajar. Ah, sudahah. Mungkin aku lupa. Kemudian, aku mandi dan bersiap untuk berangkat ke sekolahku, SMU Marina.