"Wajahku sama denganmu. Sedangkan wajah Rico penuh bisul," kata Mario. "Kami berdua juga heran mengapa hal ganjil ini menimpa kita bertiga."
"Lihatlah! Wajah kalian sudah normal. Mana penawar racun atau sihirnya? Pinta Yudha. Ia menunjukkan wajah Mario dan Rico yang sudah kembali normal melalui cermin sakunya. Mario dan Rico pun berseru kegirangan, tanpa menyadari kilatan berbahaya di mata Yudha. "Mana penawar racunnya?"
"Penawar racun apa? Kami sama sekali tak meminum apa pun selama perjalanan tadi," sergah Rico.
"Aku tak percaya. Kalian berbohong. Kalian menjebakku. Kalian berdua minum racun yang sama denganku, tapi kalian minum penawarnya," tuduh Yudha.
"Jika kami berniat begitu, untuk apa kami kembali menjemputmu?" Tanya Mario dengan kesal.
"Mungkin kalian ingin memastikan apa aku telah tewas atau tidak." Kemudian, ia menikam Mario tepat di jantungnya.
Melihat Mario yang roboh di hadapan matanya, Rico langsung melarikan diri. Tapi, Yudha yang kesetanan terus mengejarnya hingga Rico terdesak di tepi ngarai yang berada tak jauh dari lokasi mereka.
"Yudha, tenanglah. Pikirkan baik-baik. Mana mungkin aku dan Mario meracunimu. Bukankah awalnya kita semua dalam kondisi yang sama? Bahkan, wajahku penuh dengan bisul."
"Jangan banyak beralasan!" Teriak Yudha. "Mana penawar racunnya? Aku tahu kamu dan Mario diam-diam membenci diriku yang lebih kaya dari kalian."
Rico terjerembab. Ia sudah sangat terdesak hampir jatuh ke tepi jurang. Tapi, Yudha yang kesetanan, mencekik lehernya. Rico pun berusaha melawan. Mereka berguling hingga keduanya jatuh ke tepi ngarai...
***