"Apa yang terjadi? Mengapa wajah kita seperti ini? Bagaimana kita KKN besok dengan wajah seperti ini?"
Mario yang baru saja terbangun, berkata dengan santai, "Apa sih yang sedang kalian diskusikan? Serius sekali. Tidur siangku nyaman sekali. Bahkan, aku bermimpi kencan dengan gadis cantik bergaun hijau di tepi danau."
Rico dan Yudha saling berpandangan. Siang itu juga mereka memutuskan untuk turun bukit menuju Desa Rembulan. Mereka akan menggunakan masker yang bisa menutupi sebagian besar wajah mereka.
***
"Rico, kau yakin ini jalan yang benar? Perasaanku, kita sudah menempuh jalur ini," kata Mario dengan nada khawatir.
"Benar, aku yakin sekali. Aku sudah mematahkan dahan dan mengikatkan pita," jawab Rico.
"Mengapa aku merasa ada yang kurang ya dalam perjalanan ini?" Tanya Mario.
Mereka terkesiap dan baru tersadar. Yudha! Di mana Yudha?
Rico dan Mario terpaksa kembali menelusuri jalur. Setelah sejam perjalanan kembali, mereka bernapas lega ketika melihat Yudha berada di bawah pohon besar dekat bekas area mereka berpesta ikan bakar.
"Yudha, mengapa kau hanya diam mematung di sana? Maafkan kami tidak menyadari kau tertinggal."
Yudha menggeram. Ia tampak begitu murka. Tiba-tiba ia mengacungkan pisau lipat. "Aku yakin kalian berdua bersekongkol meracuniku. Wajahku berubah seperti kadal. Tapi, wajah kalian normal."