Tangan kurus berwarna putih kebiruan itu dihiasi jumbai renda-renda hitam. Alvin tercekat merasakan kuku-kuku runcing yang dihiasi kutek hitam itu menggores kulit pipinya, dan kemudian menjalar semakin ke bawah. Ia menahan napas ketika tangan dingin itu membelai kulit lehernya, bermain di tulang selangkanya, dan mencengkeram dadanya.
"Takutkah kau?" Tanya Vera sembari cekikikan.
Alvin mengambil napas panjang seakan mengumpulkan seluruh jiwanya yang koyak dan terpencar. "Vera, permainan sulap apa yang kau mainkan? Aku yakin sekali kau bunuh diri."
"Tunanganku tercinta mengharapkanku tewas bunuh diri?" Tanya Vera dengan senyum manis bermain di bibirnya yang ranum. Ia mengecat bibirnya dengan warna biru gelap khas Gothic make-up.
"Jawablah pertanyaanku," tegas Alvin sembari mengguncang-guncangkan bahu Vera.
Vera malah terkikik dan merayap naik ke pangkuan Alvin. "Apa hadiahnya jika aku menjawab pertanyaanmu dengan jujur?"
"Berhenti bersikap kau itu kucing yang hendak menerkamku."
"Sejak kapan Alvin Prasetya yang super angkuh mengakui dirinya sebagai tikus?"
Alvin menggumam tak jelas karena menahan kejengkelannya.
"Baiklah...baiklah, aku mengaku. Aku memang melakukan sedikit sihir."
"Sihir apa?