Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... Freelancer - A freelancer

just ordinary person

Selanjutnya

Tutup

Horor Artikel Utama

Cinta Si Penyihir Perak

25 November 2023   08:33 Diperbarui: 1 Desember 2023   21:15 1601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Terduduk sendirian. (Sumber gambar: www.pixabay.com)

Ia merasakan dejavu ratusan tahun yang lalu. Ia yakin hatinya tak akan bisa merasa sakit lagi setelah peristiwa Nadine yang melarikan diri darinya. Tapi, ternyata ia salah besar. Hanya jiwa Nadine yang bisa memporakporandakan Edwin.

Edwin tak bisa menahan gelombang amarahnya. Apakah ini balasan Lana atas penantiannya selama ratusan tahun? 

Tak pernahkah jiwa Nadine yang berada dalam diri Lana, memikirkan Edwin sedikit pun? Jiwa Nadine sama sekali tak mengenali Edwin. Tapi, Edwin langsung mengenali jiwa Nadine dalam diri Lana.

Sudah berbulan-bulan Edwin menjaga Lana dari serangan monster-monster. Darah Lana yang merupakan reinkarnasi dari penyihir, sangat diinginkan oleh makhluk-makhluk kegelapan untuk menambah kekuatan mistis mereka. 

Tapi, Lana selalu membangun benteng tinggi ketika berhadapan dengan Edwin. Lana ramah, tapi dingin dengan cara tersendiri.

Edwin memutuskan untuk membuang segala harga dirinya. Ia beringsut mendekat pasangan yang sedang dimabuk cinta tersebut. "Lana, jangan nikahi dia. Ia tak akan bisa melindungi dirimu. Aku sangat mencintaimu sejak dulu. Menikahlah denganku."

"Maafkan aku, tapi aku sudah menerima lamarannya. Hanya Gerarld yang kucintai. Lagipula kita tak saling kenal," jawab Lana sedingin es. Ia malah semakin merapat dalam pelukan Gerald.

Edwin menatap Lana dengan penuh perasaan. Cinta bercampur benci. Kemudian, ia merapalkan mantera. Matanya yang berwarna hijau lumut berubah menjadi warna perak. 

Sinarnya begitu terang sehingga membutakan mata. Angin kencang bertiup mengamuk hanya di dalam ruangan kedai kopi kecil tersebut. Pengunjung menjerit-jerit ketakutan seolah tahu dalam hitungan detik bisa saja nyawa mereka melayang.

Ketika Edwin selesai merapalkan mantera, orang-orang terperangah. Belum pernah mereka melihat sosok pemuda yang begitu tampan. Wajahnya putih bercahaya. 

Rambutnya pirang keperak-perakkan. Bahkan, jubahnya pun berwarna perak. Sosok Edwin yang asli begitu menakjubkan dan menghanyutkan. Tapi, mata perak itu begitu dingin dan tak manusiawi. Zat kehidupan seolah akan tertarik dalam pusaran magnet perak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun