Sejak siang hingga malam, aku berlatih menari balet di studio. Cermin-cermin besar yang menempel di keempat dinding, memantulkan bayanganku dari segala sudut seperti labirin kaca. Peran utama Swan Lake sudah berada dalam genggamanku. Nenek penjual sepatu balet antik itu benar. Sepatu balet yang kupakai milik Natasha Michalski, ballerina Rusia terkenal. Sepatu itu membawa keberuntungan.
Aku tersenyum puas dan melakukan lompatan. Ketika menoleh, aku sangat terkejut karena kaca di depanku menampilkan bayanganku, tapi dengan pose yang berbeda arah. Aku mengulangi gerakanku sembari melirik bayanganku yang hidup. Ia malah melakukan gerakan tari balet yang jauh lebih bagus dariku hingga aku terpana.
Tiba-tiba aku merasa merinding dan hendak meninggalkan ruang studio. Tapi bunyi ketukan di cermin dekatku mengalihkan perhatianku. Huruf-huruf merah tercetak satu demi satu di cermin. "JANGAN TAKUT. MARI BERLATIH BALET BERSAMA!"
"Siapa kamu?" Tanyaku.
"NATASHA MICHALSKI."
Aku terkesiap. Roh halus balerina terkenal ingin menari bersamaku?
Natasha mulai menarikan adegan Swan Lake, tapi ia berperan sebagai Pangeran. Kemudian, ia menoleh pada diriku dan mengganggukkan kepalanya. Seperti terhipnotis, tubuhku menarikan adegan utama Swan Lake, yaitu pas de deux dengan Pangeran.
Belum pernah aku menari sebagus ini. Aku sangat berterimakasih pada Natasha yang memberi instruksi melalui tulisan di cermin.
Aku lelah sekali. Dan berbaring terkapar di depan cermin dengan napas tersengal.
TOK TOK.