???????????????????????????????
Semua lalu mlengos mengikuti marshal yang memutuskan mengambil jalan kanan yang menanjak lumayan panjang. Beberapa menyayangkan karena jalan kiri adalah turunan yang begitu menggoda. Alhamdulillah semua taat pada amir perjalanan dan tak ada satupun yang khoroja minal jamaah. Tanjakan batu kapur itu ternyata lumayan panjang dan menguras tenaga. Paru-paru yang sedari tadi bisa dikatakan normal tiba-tiba berpacu dengan degup jantung yang semakin cepat. Keringat mengimbangi panas yang mulai terasa terik. Tiba di akhir tanjakan, semua tampak ngos-ngosan. Termasuk yang memutuskan untuk TTB. Kirain alumni Cioray akan melibas tanjakan dengan mudah. Ternyata ada yang gagal juga. Tentu saya takkan menyebut namanya di sini. Biar foto yang berbicara. Upss….! Karena view yang indah, tentu kami tak lupa foto bareng sebelum meneruskan perjalanan.
???????????????????????????????
???????????????????????????????
???????????????????????????????
???????????????????????????????
Traveling berlanjut. Terhitung beberapa kali rombongan terhenti lagi. Saat singgah di warung samping masjid kecil, saat memetik rambutan penduduk, saat menunggu om Arie yang kebablasan menikmati turunan setapak mulus menuju permandian Sodong dan di persimpangan sambil grouping menunggu komando marshal jalan mana yang akan di tempuh. Tak ada tanjakan yang berarti kami lalui hingga akhirnya kami sampai di Goa Silandak. Mungkin goa ini dulu di huni keluarga landak sehingga dinamai Silandak. Atau mungkin dulu penjajah “Belandak” pernah lari bersembunyi di sini menghindari pasukan gerilya NKRI. Hehe… maksa banget ya. Di samping goa, semua perserta duduk santai di antara rindangnya pepohonan kaki gunung. Semua menghadap sisi samping goa di mana ustadz Daniel duduk bersila. Om Amril bersiap-siap dengan tabletnya. “Satu, duaa… tiga…!” Ustadz Daniel membuka tausiahnya. Sudah menjadi ciri khas MAG, dimana di setiap kesempatan gobar atau kumpul-kumpul selalu diadakan tausiah singkat agar kebersamaan kami tidak hanya sekedar haha-hihi, tapi selalu ada waktu untuk muhasabah dan bertafakkur. Inilah yang menjadi pembeda dan ternyata menjadi daya tarik MAG. Jazahumullohu khoiron…
Alhamdulillaah ‘alaa kulli haal. Sepeda ustadz mengalami masalah. Titus el Guapo berwarna gold itu berubah menjadi fixie. Sproketnya macet seperti terkunci sehingga saat berjalan pedalnya terus terputar tidak bisa berhenti. Jadilah ustad seperti bermain sirkus saat mengangkat kedua kaki ke frame sementara sepedanya terus menggelinding. Hehe…
Kami kemudian memasuki areal persawahan yang sangat luas. Sejauh mata memandang terhampar sawah hijau segar berpetak-petak. Buah padi yang masih hijau seperti melambai-lambai tertiup angin sepoi-sepoi. Kamipun berhenti di saung kecil di tengah sawah yang secara kebetulan ada penjual bakso nyasar melintas. Alhamdulillaah. Bisa ditebak, beberapa langsung ngeroyok abang bakso sementara yang lain jeprat-jepret mengabadikan spot langka yang sangat oke untuk dijadikan tempat foto prewed. Tak lupa kami foto keluarga.
Lihat Sosbud Selengkapnya